Jember (ANTARA News) - Jumlah pengungsi akibat tanah longsor di kawasan perkebunan di Desa Suci dan Desa Pakis, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada Jumat terus bertambah menjadi 67 keluarga.

Di Afdeling Kahendran Desa Pakis terdapat 46 keluarga pengungsi dan 21 keluarga mengungsi di Afdeling Kaliklepuh Desa Suci, keduanya masuk wilayah kawasan Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) di Kecamatan Panti.

"Sebagian warga masih trauma dengan banjir bandang yang terjadi di Kecamatan Panti tahun 2006 yang menewaskan 100 jiwa, sehingga banyak warga yang memilih mengungsi ke lokasi yang aman," tutur Sudarimsan, Direktur Teknik dan Produksi PDP Jember, perusahaan yang mengelola lahan perkebunan dimana longsor terjadi.

Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Jember beberapa hari terakhir menyebabkan sejumlah titik di kawasan perkebunan milik PDP longsor, bahkan sejumlah tanaman kopi dan kakao rusak akibat longsor.

"Karyawan PDP bersama warga bekerja sama untuk membersihkan tanah longsor yang menimbun akses jalan menuju Kebun Kaliklepuh dan Afdeling Gunung Pasang," tuturnya menjelaskan.

Sementara Kepala Desa Pakis Zaini mengatakan, tanah longsor yang terjadi di dekat pemukiman Afdeling Kahendran itu merusak satu rumah dan lima rumah terendam longsor setinggi 30-50 sentimeter (cm).

"Rumah yang rusak milik Pak Her, seorang karyawan PDP. Alhamdulillah tidak ada korban jiwa, hanya satu rumah rusak dan beberapa rumah terkena longsor," katanya menjelaskan.

Menurut dia, di kawasan Afdeling Kahendran terdapat 200 KK, namun sebanyak 46 KK yang mengungsi karena rumahnya berada di samping kanan dan kiri tebing yang longsor.

"Perangkat desa telah menyiapkan lokasi pengungsian berupa tenda-tenda darurat yang berjarak 100 meter dari pemukiman mereka, namun lokasi pengungsian dipastikan aman karena letaknya agak tinggi dari tebing," paparnya.

Zaini mengaku khawatir terjadi tanah longsor susulan yang menutup akses jalan dan sungai yang bisa meluap ke pemukiman warga karena curah hujan di kawasan setempat masih cukup tinggi.

"Warga di kawasan perkebunan Afdeling Kahendran masih was-was dengan cuaca yang masih ekstrem karena kondisi tanah labil. Tanaman kopi dan kakao yang berada di perkebunan tidak mampu menyerap air hujan yang cukup deras," tuturnya menambahkan.

(ANTARA/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011