Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa, pada 28 Januari 2011 mengunjungi desa
Sompe, kecamatan Sabbang Paru, kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan yang terkenal
sebagai lumbung sutera di Indonesia. Dalam kunjungannya, Menhut menyerahkan
ijin pemasukan telur ulat sutera hibrid dari RRC kepada CV Massalangka, untuk
didistribusikan ke Kabupaten Sopeng, dan Kabupaten Enrekang sebanyak 4.800
boks, menyerahkan 1 unit mesin pemintal sutera, serta menyerahkan Kebun Bibit
Rakyat (KBR) sebanyak 40 unit. Dalam kesempatan tersebut, Menteri Koordinator
Perekonomian juga menyerahkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada 9 Kelompok Tani
di Kabupaten Wajo.
Industri kerajinan ulat sutera di Kabupaten Wajo sudah ada sejak 1950-an,
dengan swasembada ulat sutera yang dibudidayakan oleh masyarakat secara
mandiri. Namun akibat masuknya jenis ulat sutera dari Jepang, ulat sutera khas
Wajo mengalami kepunahan, sehingga terjadi penurunan produktivitas kokon yang
hanya berkisar 15-25 kg per boks, dimana produktivitas ideal antara 30-40 kg
per boks. Kabupaten utama pengembangan ulat sutera alam di Sulsel yaitu
Kabupaten Enrekang, Soppeng, Toraja, Sinjai, Sidrap, Barru dan Bulukumba.
Sedangkan industri pertenunan terpusat di Kabupaten Wajo.
Produksi ulat sutera nasional saat ini belum memenuhi kebutuhan bahan baku
sutera dalam negeri dengan kesenjangan yang sangat jauh. Kebutuhan benang
sutera 700.000 kg/tahun dengan kecenderungan semakin meningkat, namun produksi
benang hanya 50.000 kg/tahun dan produksi kokon 325.000 kg/tahun. Sebanyak 80%
dari total produksi nasional tersebut berasal dari Sulawesi Selatan.
Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Masyhud, Kepala Pusat
Humas Kehutanan, Kementerian Kehutanan
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2011