Sipirok, Sumut (ANTARA News) - Songket hasil kerajinan dari warga Desa Padang Bujur, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, tidak hanya dipasarkan di Medan, Surabaya, Jakarta, tetapi juga sudah memasuki Singapura.
Pengusaha dan perajin Songket Sipirok, Avenus Ritonga (48) di Desa Padang Bujur, Kamis mengatakan, promosi songket Sipirok itu ke luar negeri, berkaitan digelarnya pameran nasional di negara "Singa" itu pada 2008 lalu.
Bahkan, katanya, pada kegiatan pameran tersebut, Songket Sipirok juga mewakili hasil produksi dari Indonesia asal daerah Sumatera Utara.
Selain Songket Sipiriok, juga dipromosikan Songket dari daerah lainnya yakni Songket Palembang, Songket Minangkabau.
"Pameran Songket Sipirok yang diadakan di negara tetangga itu, juga membawa pengaruh yang cukup besar bagi hasil kerajinan rakyat dari Kabupaten Tapanuli Selatan. Ini dibuktikan dengan banyak permintaan dari berbagai daerah terhadap Songket Sipirok itu," kata Ritonga.
Selanjutnya, ia menjelaskan, songket Sipirok itu, juga banyak yang dipesan pegawai negeri sipil (PNS), organisasi partai politik dan digunakan untuk jas pada acara pesta perkawinan dan lainnya.
"Jadi sekarang ini songket Sipirok itu, tidak hanya digunakan untuk selendang dan pakaian kebaya. Tetapi juga untuk jas pada kegiatan pesta perkawinan, jas seragam Parpol dan lain sebagainya," ucap pengusaha songket selama 13 tahun itu.
Disinggung mengenai modal pembuatan songket Sipirok itu, Ritonga mengatakan, usaha yang dirintisnya sejak tahun 1998 itu, juga mendapat bantuan dari Dinas Perindustrian Provinsi Sumatera Utara.
Bantuan tersebut, berupa dua unit alat tenun bukan mesin (ATBM), disamping usahanya itu juga memiliki puluhan ATBM yang dibelinya dari hasil penjualan songket itu.
"Dinas Perindustrian Sumut juga banyak memberikan dorongan terhadap hasil usaha perajin songket ini, sehingga tidak heran meraih beberapa penghargaan dari pemerintah," ujarnya.
Mengenai tingginya harga Songket Sipirok, menurut dia, karena harga benang saat ini cukup tinggi, sehingga berpengaruh terhadap hasil kerajinan tersebut.
"Harga Songket ini memang mahal, tergantung motif, kualitas benangnya. Sebab ada benang satu, benang dua dan benang empat, harganya juga mencapai ratusan ribu rupiah per gros dan termasuk biaya sulaman yang sangat halus dilakukan tenaga profesional yang sudah berpengalaman," paparnnya.
Sementara itu, salah seorang perajin songket Sipirok, Minayanti (46) mengatakan, dalam pembuatan songket ini tidak hanya diperlukan keahlian saja, tetapi ketelitian, ketekunan dan kesabaran yang cukup tinggi.
Sebab, jelasnya, pembuatan songket ini menggunakan ATBM, bukan mesin.
"Satu persatu benang yang kita rajut melalui ATBM itu harus jelas dan jangan salah tenun, karena ini dapat merusak desain yang kita buat. Apalagi, kalau songket ini pesanan khusus, perlu hati-hati," tuturnya.
Ia menjelaskan, satu pasang songket yang lengkap dengan selendang, mampu diselesaikannnya selama dua minggu. Waktu pembuatan itu sudah cukup cepat sesuai dengan perhitungan.
"Motif songket Sipirok pengerjaannya juga cukup rumit, karena motifnya halus dan bersih," kata Minayanti yang sudah 15 tahun sebagai perajin Songket.(*)
(T.M034/C004)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011