Buku "Balinese Art in Transition" yang diluncurkan baru baru di Austria, ujar Counsellor Pensosbud PTRI Wina Djati Ismojo dalam keterangannya pada Antara London, Kamis.
Dikatakannya pameran yang berlangsung sampai 2 Mei mendatang itu bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat internasional, Austria dan pembaca buku tersebut dapat langsung menyaksikan karya agung dari seorang pelukis Bali, I Gusti Nyoman Lempad yang memberikan banyak inspirasi kepada seniman-seniman Barat pada masanya.
Di samping itu juga dipamerkan karya Lamak Walter Spies yang pernah bermukim di Ubud, Bali dan memberikan banyak inspirasi kepada pelukis-pelukis muda Bali yang tergabung dalam Pita Maha.
Malam gelar budaya Bali pengiring pembukaan Pameran karya agung yang dihadiri lebih kurang 500 undangan dari komunitas diplomatik, masyarakat pencinta seni, masyarakat Indonesia dan Friends of Indonesia.
Gending Pendet yang mengawali rangkaian acara pembukaan dibawakan dengan apik oleh tangan-tangan terampil warga Austria yang tergabung dalam Group Gamelan Bali Altenberg.
Tari Panyembrama, Kebyar Duduk dan Legong Keraton yang dibawakan oleh anggota masyarakat Indonesia di Wina menambah semaraknya gelar budaya malam itu.
Direktur Museum Etnologi Dr. Barbara Pankensteiner, menyampaikan awal keberadaan koleksi benda-benda budaya karya seniman dari Bali yang merupakan sumbangan sukarela dari Helene Potjewyd pada tahun 1946 dan belum pernah disaksikan oleh masyarakat umum.
Sampai diterbitkannya Buku ?Balinese Art In Transition? karya bersama KBRI Wina dengan Museum Etnologi. Pameran ini dikemas oleh kurator Museum Dr. Sri Kuhnt-Saptodewo
Dubes I Gusti Agung Wesaka Puja dalam sambutannya, mengatakan dalam memahami seni dan budaya Bali, seseorang harus memahami arti cinta sebagaimana ditulis oleh Elizabeth Gilbert dalam bukunya yang menjadi inspirasi film Eat, Pray and Love.
Pemeran utama film ini menemukan arti cinta sejati di Ubud yang juga merupakan tanah kelahiran pelukis I Gusti Nyoman Lempad, ujarnya.
Karya-karya yang menjadi obyek pameran "Balinese Art in Transition" merupakan sebuah koleksi yang menunjukkan sedemikian bersejarahnya hubungan Austria dan Indonesia telah terjalin khususnya dengan Bali.
Selama tiga bulan di Museum Etnologi Wina, diisi dengan berbagai macam kegiatan seperti seminar mengenai Seni Budaya Bali, Pertunjukan Budaya, Promosi Wisata Bali Village, dan juga pemutaran film dokumenter tentang Bali di masa lalu. (ZG/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011