Kairo (ANTARA News) - Para pemuka agama Mesir menyerukan semua pihak untuk menahan diri menyusul bentrokan mematikan antara pengunjuk rasa pro dan anti-pemerintah pada Rabu.
Mufti Nasional Mesir Aly Goumah, Pemimpin Kristen Koptik Mesir Baba Shenouda, Syeik Agung Al Azhar Prof. Dr. Ahmad Tayeb dan tokoh Islam kharismatik Yusuf Qardhawi tampil di jaringan televisi pada Rabu malam menyerukan warga untuk menyampaikan seruan mereka.
"Semua pihak harus menahan diri dan menghindari fitnah yang disebarkan oleh orang-orng yang tidak bertanggung jawab," kata Aly Goumah.
Seruan serupa disampaikan Baba Shenouda. "Semua warga harus menghormati hukum dan jangan terpancing dengan rumor-rumor yang merusak negara kita tercinta," kata pemimpin kharismatik Koptik itu.
Syeikh Agung Al Azhar Ahmad Tayeb menilai bentrokan yang menelan korban jiwa dan ratusan orang cedera itu dipicu oleh provokator.
"Ada pihak yang berniat buruk untuk mengacaukan Mesir dengan membenturkan antara para pengunjuk rasa secara damai. Oleh karena semua pihak hendaknya mewaspadai sikap buruk tersebut," ujarnya.
Syeikh Yusuf Qardhawi, tokoh Islam Mesir yang kini bermukim di Doha, Qatar, menyalahkan pemerintah atas bentrokan tersebut.
"Ini semua kesalahan pemerintah yang tidak menampakkan ketidakmampuan mengantisipasi gejolak masyarakat," katanya.
Para pemuka agama tersebut memprihatinkan situasi di Mesir dalam aksi unjuk rasa sepanjang sepekan terakhir yang menewaskan lebih dari 100 orang pada Jumat lalu.
Bentrokan antara kedua kelompok berseberangan itu pecah pada Rabu petang setelah para pendukung pemerintah memasuki Bundaran Tahrir yang dalam sepekan terakhir dikuasai oleh oposisi.
Saling lempar batu, bom molotov dan benda keras lainnya menjadi senjata bagi kedua pihak.
Kelompok pendukung pemerintah mulai muncul di berbagai tempat pada Selasa, namun jumlah mereka masih sedikit.
Jumlah pendukung pemerintah itu mulai bertambah menjadi ribuah orang pada Rabu dan berkumpul di gedung stasiun televisi nasional Mesir sebelum menyerbu ke Bundaran Tahrir.
"Suasananya sangat mencekam karena musuh dan kawan saling campur aduk," kata Azmy, seorang demonstran yang mengaku menuntut perubahan namun bukan pendukung oposisi tertentu.
Aksi lempar batu itu tidak terkendali karena militer yang mengambil alih keamanan dari kepolisian tidak bertindak apapun untuk menghentikan kedua pihak.
Para personel militer yang mengerahkan tank-tank tempur sejak pekan lalu di Tahrir itu tampak hanya menonton aksi lembar batu itu.
Polisi sendiri tidak berfungsi sejak aksi unjuk rasa akbar pada Jumat lalu yang terkalahkan oleh demonstran.
Sejumlah mobil dan pos-pos polisi di ibu kota Kairo dan sejumlah provinsi dibakar massa.
Pada Senin lalu, polisi mulai tampak bertugas namun hanya terbatas pada polisi lalu lintas.
Hingga berita ini diturunkan pada Rabu 22.00 waktu Kairo atau Kamis dini hari pukul 3.00 WIB suasana di Bundaran Tahrir sudah mulai tenang.
Bentrokan tersebut menewaskan seorang tentara dan ratusan orang cedera dari kedua pihak.
(M043/M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011