Saya bertekad untuk mengabdikan jiwa dan raga untuk mengatasi krisis nasional ini bersama rakyatTokyo (ANTARA) - Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan akan melakukan upaya terbaik untuk memimpin Jepang keluar dari krisis COVID-19, sambil melindungi wilayah dan rakyatnya di lingkungan keamanan yang semakin keras.
Kishida memimpin negara dengan perekonomian terbesar ketiga dunia sejak Senin (4/10), menggantikan Yoshihide Suga yang tidak lagi didukung karena melonjaknya infeksi COVID-19.
Kasus harian baru-baru ini turun dan keadaan darurat yang lama diberlakukan telah dicabut bulan ini.
"Saya bertekad untuk mengabdikan jiwa dan raga untuk mengatasi krisis nasional ini bersama rakyat, mengukir era baru, dan mewariskan kepada generasi berikutnya sebuah negara yang warganya berjiwa mulia," kata Kishida ketika menyampaikan pidato kebijakan pertama kepada parlemen pada Jumat.
Baca juga: Jepang sambut baik permohonan pakta perdagangan Taiwan
Ujian awal yang besar baginya adalah memimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa dalam pemilihan umum pada 31 Oktober mendatang.
Mantan menteri luar negeri berusia 64 tahun yang memiliki reputasi sebagai pembangun konsensus yang rendah hati itu mengatakan pemerintah akan segera menyusun paket stimulus untuk mendukung orang-orang yang terdampak pandemi dan mengambil langkah legislatif untuk mengamankan sumber daya medis.
Kishida tidak merinci ukuran paket stimulus dalam pidatonya, tetapi bulan lalu dia mengusulkan jumlah 30 triliun yen (Rp3.814 triliun).
Sebelumnya, Menteri Keuangan Shunichi Suzuki mengatakan dia berharap untuk mengompilasi anggaran tambahan untuk mendanai stimulus, segera setelah pemilu dan disetujui oleh parlemen pada akhir tahun.
Kishida menggarisbawahi perlunya mendukung mereka yang membutuhkan untuk memenangi dukungan publik. Dia menyerukan pembayaran tunai kepada perusahaan yang terkena dampak pandemi.
Dia juga berjanji untuk memberikan bantuan tunai kepada pekerja tidak tetap, keluarga dengan anak-anak, dan mereka yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan karena pandemi.
Baca juga: Penantang PM Jepang Kishida ingin tingkatkan keamanan hadapi China
Kishida menegaskan kembali tekadnya untuk mengatasi deflasi dan mengatakan dia akan melanjutkan dengan pelonggaran moneter yang berani, pengeluaran fiskal yang cepat, dan strategi untuk pertumbuhan.
"Kami akan melakukan pembelanjaan fiskal tanpa ragu-ragu untuk menanggapi krisis dan memastikan semua tindakan yang mungkin diambil," ujar dia.
Mengenai keamanan nasional dan urusan luar negeri, Kishida mengatakan dia akan melindungi perdamaian dan stabilitas Jepang.
"Dengan lingkungan keamanan di sekitar negara yang semakin keras, saya akan dengan tegas melindungi wilayah kita, perairan teritorial, ruang udara, dan kehidupan serta properti rakyat kita," kata dia kepada parlemen.
Baca juga: Kapal selam China terlihat di dekat perairan Jepang
Jepang menghadapi pembangunan militer China yang cepat dan ekspansi maritim yang agresif, sebagai ancaman dari program nuklir dan rudal Korea Utara.
Kishida mengatakan dia berencana untuk memperbarui strategi keamanan nasional dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penjaga pantai dan pertahanan rudal.
Mengenai hubungan dengan tetangga raksasa China, Kishida mengatakan membangun hubungan yang stabil dan memelihara dialog itu penting tetapi Jepang tidak akan berbasa-basi bila diperlukan.
"Saat bekerja dengan negara-negara di mana kita berbagi nilai-nilai universal, kita mengatakan apa yang perlu dikatakan kepada China dan menuntut dengan tegas agar China berperilaku secara bertanggung jawab. Kita juga menjaga dialog dan terus bekerja sama dengan mereka dalam mengatasi masalah bersama," kata dia.
China mengklaim hampir semua perairan kaya energi di Laut China Selatan, di mana negara itu telah mendirikan pos-pos militer di pulau-pulau buatan. China juga mengklaim sekelompok pulau yang dikelola Jepang di Laut China Timur.
Menyebut aliansi keamanan Jepang dengan Amerika Serikat sebagai "landasan perdamaian dan kemakmuran dunia", Kishida mengatakan dia bermaksud membangun aliansi tersebut.
Sumber: Reuters
Baca juga: Jepang tuding China, Rusia, Korut di balik ancaman siber
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021