Jakarta (ANTARA) - Pemilik restoran tepi sungai di Bangkok, Titiporn Jutimanon, awalnya mengira banjir di Thailand akan menghancurkan bisnisnya yang sudah oleng akibat pandemi.
Namun, naiknya permukaan air sungai Chao Phraya pekan ini justru membawa berkah. Alih-alih terpaksa menutup restoran karena banjir, rumah makan yang dikelolanya justru tetap buka untuk tamu yang makan meski kakinya tergenang air, dan menikmati sensasi dag dig dug ketika ada arus datang saat perahu melewati sungai.
"Tamu suka dengan arus air," kata Titiporn yang mengelola Chao Phraya Antique Cafe di Nonthaburi, Bangkok utara.
"Apa yang saya kira bakal jadi krisis malah berubah jadi peluang.:
Video tamu-tamu restoran menikmati makanan, duduk di bangku yang basah dengan kaki tergenang air sungai, viral di media sosial.
Bisnis Titiporn terpaksa ditutup selama pembatasan wilayah COVID-19, tapi dia bersyukur tetap dibuka meski banjir terjadi.
"Tamu tidak hanya menyukai suasana, daging babi panggang dan pemandangan matahari terbenam ... banjir jadi faktor unik tambahan," katanya.
"Saya merasa sangat beruntung pelanggan menyukainya, banjir bukanlah kendala bagi mereka untuk datang."
Pelanggan bersorak dan tertawa saat bangku kayu mereka terhempas oleh air yang masuk ke restoran.
"Ini tantangan yang seru - Anda tidak tahu apakah Anda akan hanyut di suatu tempat ketika makan," canda Jetdanai Boonrod, salah satu tamu.
Baca juga: Ribuan restoran di Bangkok kembali tutup
Baca juga: Gaggan di Bangkok Meraih Tempat No. 1 dalam Penghargaan 50 Restoran Terbaik Se-Asia
Baca juga: Makan tak sekadar isi perut, layanan luring tak boleh ditelantarkan
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021