Washington (ANTARA News/AFP) - Kelompok perlindungan hak hewan (PETA), Selasa, mengumumkan kemenangan, setelah pemilik teh Lipton dan PG Tips, kelompok raksasa Unilever, menyatakan perusahaan itu akan berhenti menggunakan binatang untuk memperlihatkan kandungan penyembuhan pada teh produksinya.

People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) menyatakan Unilever, yang berpusat di London, telah tunduk pada 40.000 surat elektronik (email) dan pertemuan antara kelompok itu dan para dan menghentikan percobaan tersebut.

"Setelah para utusan dari PETA dan wakil kami di India dan Eropa terbang ke London untuk bertemu dengan Unilever ... perusahaan tersebut setuju untuk menghentikan semua percobaan semacam itu," kata PETA.

Dalam satu pernyataan tanpa tanggal di jejaringnya, Unilever, konglomerat Inggris-Belanda, mengatakan, "Mengingat peran kepemimpinan yang dilakukan teh kami di bidang ketahanan lingkungan hidup dan sumber etika teh, Unilever terikat komitmen pada penguji-cobaan hewan buat teh dan minuman yang berdasar teh, yang akan segera berlaku."

Menurut PETA, pembuat teh terbesar di dunia itu telah menyuntik babi dengan bakteri E.coli dan kemudian memberi hewan tersebut teh untuk melihat apakah zat itu membantu menghalangi infeksi.

Unilever juga akan membuat kelinci jadi gemuk dan kemudian memberinya teh untuk melihat apakah itu akan membantu membersihkan plak yang bertumpuk di pembuluh darah hewan tersebut.

Dan tikus diberi teh untuk melihat apakah itu dapat meringankan dampak merugikan dari makanan yang memiliki kandungan gula yang tinggi dan diberikan kepada mereka.

Semua percobaan itu dan tang lain tampaknya bertujuan memperlihatkan apakah teh memiliki beragam kandungan penyembuhan yang dapat digunakan dalam kegiatan pemasaran.

"Tak ada lagi anak babi yang akan ditularkan racun E.coli dan ususnya dipotong sementara mereka masih hidup ... kepala kelinci takkan dipotong, dan percobaan kejam lain yang melibatkan penyiksaan dan pembunuhan hewan cuma untuk mempelajari dampak kesehatan dari produk teh dan bahan lain takkan terjadi lagi," kata PETA di dalam satu pernyataan.(C003/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011