Kairo (ANTARA News/AFP/Reuters) - Presiden Mesir Hosni Mubarak pada Selasa mengatakan ia tetap bertahan sebagai Presiden Mesir untuk memulihkan stabilitas keamanan hingga pemilu digelar September mendatang, menurut siaran televisi pemerintah.
Ia juga tidak akan meninggalkan Mesir, seperti yang dilakukan rekannya Presiden Tunisia Zine el-Abidine Ben Ali yang terpaksa mengungsi ke Arab Saudi setelah ditekan aksi protes dari rakyatnya.
"Hosni Mubarak yang berbicara kepada anda semua hari ini bangga terhadap pencapaiannya selama bertahun-tahun dalam melayani Mesir dan rakyatnya," katanya.
"Inilah negara saya, tempat saya tinggal, saya berjuang dan mempertahankan setiap tanahnya, kedaulatannya, serta kepentingannya, sehingga saya akan mati di tanahnya pula," tegasnya.
Dalam pidatonya, Mubarak mengatakan aksi protes yang terjadi di Mesir merupakan manipulasi dari kekuatan politik tertentu, sehingga kini ia berada pada masa sulit.
Pemimpin Mesir yang telah berkuasa selama 30 tahun itu mengatakan ia berjanji untuk menerapkan serangkaian reformasi, termasuk meminta kejaksaan untuk memerangi korupsi, salah satu keluhan dari para demonstran yang mendesaknya untuk mengakhiri periode kepresidenannya.
Dalam pidato tersebut Mubarak juga menegaskan bahwa ia akan menyerukan perubahan konstitusi untuk membatasi masa jabatan presiden mendatang.
"Saya juga akan meminta parlemen nasional untuk melakukan amandemen terhadap pasal 76 dan 77 konstitusi terkait syarat dan pembatasan masa jabatan presiden," katanya.
Namun sekelompok pemrotes di Tahrir Square meneriakkan slogan anti Mubarak dalam pidatonya itu, seraya menolak tawarannya untuk melakukan reformasi namun tetap bertahan sebagai presiden hingga digelarnya pemilu pada September.
"Kami tidak akan pergi, dia yang harus pergi," suara teriakan kelompok itu.
Ribuan warga juga menyoraki Mubarak ketika menyampaikan pidatonya yang disiarkan melalui televisi pemerintah itu, seraya menegaskan bahwa Mubarak harus segera mundur dari tahta kepresidenannya, menurut laporan kantor berita AFP.
"Jumat siang, kami akan di istana," kata mereka yang mengacu pada aksi jalan menuju istana yang disebut "Pemberangkatan Jumat" yang bertujuan memaksa Mubarak untuk mengakhiri jabatannya. (*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011