Kami mengembangkan platform LAPAN Hub COVID-19 yang menampilkan bagaimana tingkat risiko penyebaran COVID-19

Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan platform LAPAN Hub COVID-19 untuk memantau tingkat risiko penyebaran COVID-19 di suatu wilayah dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh.

"Kami mengembangkan platform LAPAN Hub COVID-19 yang menampilkan bagaimana tingkat risiko penyebaran COVID-19 dengan data penginderaan jauh, kita analisis bagaimana tingkat kerentanannya," kata Pelaksana tugas Kepala Pusat Riset Aplikasi Penginderaan Jauh Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN M Rokhis Khomarudin dalam Webinar Talk to Scientists: Riset dan Inovasi untuk Indonesia Tangguh Bencana di Jakarta, Kamis.

BRIN menganalisis tingkat kerentanan dan risiko berdasarkan sebaran permukiman dan sebaran infrastruktur yang digabung dengan data jumlah penderita COVID-19.

Baca juga: BRIN lakukan kajian riset untuk identifikasi permukiman kumuh

Platform itu diapresiasi oleh Komisi Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Asia dan Pasifik atau United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP), dan metodenya sudah diajarkan untuk negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

LAPAN Hub COVID-19 adalah web portal aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geospasial (SIG) untuk analisa potensi risiko COVID-19 di suatu wilayah.

Potensi risiko COVID-19 ditentukan dari tiga parameter pembentuknya, yaitu ancaman (hazard), kerentanan (vulnerability) dan kapasitas (capacity).

Baca juga: BRIN kembangkan metode analisis kesehatan danau dan DAS

Data yang digunakan dalam analisis potensi risiko COVID-19 adalah data satelit penginderaan jauh yang diakuisisi oleh Stasiun Bumi Penginderaan Jauh BRIN serta data terkait lainnya.

Sampai saat ini yang sudah tersedia adalah sebaran risiko COVID-19 untuk wilayah DKI Jakarta, Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Kota Bandung dan Kota Surabaya, serta sebaran tingkat kerentanan seluruh wilayah Indonesia.

Sementara data non-penginderaan jauh yang digunakan antara lain data COVID-19 harian per kecamatan untuk wilayah DKI Jakarta, Jabodetabek, Kota Bandung, dan Kota Surabaya, peta sebaran rumah sakit rujukan di Indonesia, peta sebaran jalan di Indonesia, dan peta sebaran bangunan di Indonesia.

Baca juga: BRIN: Riset kebencanaan perlu libatkan masyarakat

Selain itu, BRIN sedang mengembangkan platform integrasi produk-produk citra satelit yang dihasilkan Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa ke kementerian/lembaga.

"Platform yang kami kembangkan ini sudah terkoneksi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan ada beberapa produk informasi yang sudah langsung diakses oleh BNPB secara otomatis jadi kalau ada produk yang kami hasilkan langsung masuk ke dalam sistemnya BNPB," ujarnya.

BRIN juga mendukung agar hasil analisa citra satelit untuk indikasi perubahan vegetasi dapat terintegrasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Indikasi perubahan vegetasi itu dapat dimanfaatkan untuk memantau deforestasi.

Baca juga: BRIN telusuri sejarah gempa-tsunami guna minimalkan korban

"Ini yang sedang kami diskusikan untuk bisa terkoneksi dengan KLHK. Sebenarnya KLHK ada beberapa data seperti daerah bekas terbakar sudah terkoneksi kemudian juga hotspot (titik panas) sudah terkoneksi juga sehingga produk produk yang kami hasilkan bisa langsung dimanfaatkan oleh kementerian/lembaga," tuturnya.

Di samping itu, BRIN juga melakukan simulasi berdasarkan perubahan-perubahan penutup lahan dan perubahan penurunan muka tanah, sehingga bisa memprediksi potensi genangan yang akan terjadi di masa mendatang seperti pada 2031 dan 2050.

Baca juga: BRIN temukan 27 spesies baru dalam Ekspedisi SJADES

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021