Jakarta (ANTARA) - Forum bisnis Indonesia-Central & Eastern Europe (INACEE) yang pertama kali diinisiasi oleh Kementerian Luar Negeri RI menghasilkan kesepakatan bisnis senilai 2,9 juta dolar AS (sekitar Rp41,2 miliar).
Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kemlu I Gede Ngurah Swajaya mengatakan nilai kesepakatan bisnis tersebut merupakan hasil dari interaksi langsung para pelaku bisnis Indonesia dengan pebisnis dari Eropa Tengah dan Eropa Timur, kawasan yang pasarnya sedang dibidik oleh Indonesia.
“Negara-negara di Eropa Tengah dan Eropa Timur ini bukan hanya terdiri dari pasar tradisional Indonesia tetapi juga pasar non-tradisional yang kita ingin intensifkan, termasuk dalam rangka mendorong UMKM,” ujar Dirjen Ngurah dalam konferensi pers secara virtual mengenai INACEE Business Forum pada Kamis.
Selain kesepakatan bisnis, forum tersebut juga mencatatkan potensi transaksi perdagangan sebesar 204 ribu dolar AS (sekitar Rp2,9 miliar) dari kegiatan pencocokan bisnis (one-on-one business matching) yang diikuti para pelaku bisnis dari delapan negara, termasuk di antaranya 34 perusahaan Indonesia dan mitranya masing-masing.
Produk-produk unggulan yang diminati oleh para pebisnis dari Eropa Tengah dan Eropa Timur antara lain makanan, minuman, kosmetik (bulu mata palsu), furnitur, batu bara, pertanian, manufaktur, dan kerajinan tangan.
“Semua itu produk yang potensial dipasarkan di negara-negara Eropa Timur dan Eropa Tengah,” tutur Ngurah.
INACEE Business Forum yang diselenggarakan secara tatap muka dan juga virtual itu diikuti lebih dari 300 peserta dari Indonesia, serta kawasan Eropa Tengah dan Eropa Timur.
Mengingat pandemi COVID-19 yang masih membatasi pergerakan lintas negara, interaksi antara para pebisnis dan investor dalam forum tersebut difasilitasi melalui platform digital ina-access.com yang khusus dikembangkan untuk pameran perdagangan, investasi, dan pariwisata.
Platform itu menampilkan ribuan produk dari sekitar 400 perusahaan Indonesia, 60 persen di antaranya adalah UMKM, serta 100 perusahaan dari Eropa Tengah dan Eropa Timur.
Dengan platform tersebut, para pelaku bisnis diharapkan dapat menemukan produk-produk yang diminati dan bisa langsung berkomunikasi serta bekerja sama dengan mitra-mitra mereka, di tengah keterbatasan akibat pandemi.
“Kita memanfaatkan situasi pandemi ini sebagai momentum untuk melakukan kegiatan bisnis secara virtual dan kita juga memanfaatkan rebound (kebangkitan kembali) pertumbuhan ekonomi,” tutur Ngurah.
Penyelenggaraan INACEE Business Forum sejalan dengan visi diplomasi ekonomi yang digiatkan oleh Presiden Joko Widodo, terutama dengan memanfaatkan dan menggali potensi pasar non-tradisional Indonesia, seperti kawasan Eropa Tengah dan Eropa Timur.
Dengan populasi 408 juta jiwa yang tersebar di 20 negara, kedua kawasan tersebut memiliki potensi besar yang dinilai penting untuk digarap oleh Indonesia.
Terlebih, perdagangan antara Indonesia dan kawasan itu meningkat 25,13 persen menjadi 4,229 miliar dolar AS (sekitar Rp60,4 triliun) pada Januari-Juli 2021, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Ekspor Indonesia pada periode tersebut tercatat sebesar 2,688 miliar dolar AS (sekitar Rp38,4 triliun) atau naik 52,37 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke Eropa Tengah dan Eropa Timur yaitu karet, minyak kelapa sawit, alas kaki, produk perikanan, kopi, furnitur, elektronik dan komponennya, serta tekstil.
Sementara tiga negara mitra terbesar Indonesia di kawasan itu adalah Rusia, Turki, dan Ukraina.
Baca juga: Dukung pemulihan ekonomi, Kemenlu garap pasar Eropa Tengah dan Timur
Baca juga: Indonesia ajak negara Eropa Tengah, Timur bersama pulihkan ekonomi
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021