Jakarta (ANTARA News) - Masa kanak-kanaknya dipenuhi impian membuat kapal, hobinya pun membuat kapal-kapalan, kini setelah usianya separuh baya ia benar-benar membuat kapal yang mengarungi lautan, persis seperti mimpinya di masa lalu.

Meski baru satu kapal yang ia bangun sendiri bersama teman-temannya dengan nama Tunas Terafulk I dan telah diluncurkan di Galangan Kapal Bangkalan, Madura, Jawa Timur, pada 21 Desember 2010, namun ia telah mendesain tidak kurang 350 kapal milik perusahaan Jepang.

Sebanyak 350 desain kapal itu ia hasilkan sejak 2005 hingga 2011 atau rata-rata sebanyak 70 proyek per tahun dari mulai jenis Oil Tanker, Chemical Tanker, LPG Tanker, Pure Car Carrier, Container vessel, dan berbagai jenis kapal lainnya yang semuanya dibangun di Jepang.

Ia adalah Dr Kaharuddin Djenod Daeng Manyambeang, M.Eng, laki-laki kelahiran Surabaya, 14 Maret 1971 yang mendapatkan gelar doktornya di Hiroshima University, Jepang di bidang arsitektur perkapalan (Naval Architecture) dan sempat meraih Mahasiswa Terbaik Studi Perkapalan se-Jepang tahun 1997.

Di saat kuliah S3-nya itu ia berhasil membuat sistem optimasi desain kapal untuk kapal kontainer, yang diperlukan untuk mencapai efisiensi dalam proses pembangunan kapal. Disertasi doktornya pun bertema "Hull Optimization of Tanker and Bulk Carrier with Combined method of Neural Network and Genetic Algorithm."

Putra Sulawesi Selatan yang sempat kuliah di Arsitektur Universitas Hasanuddin dan Teknik Penerbangan ITB namun kemudian mendapat beasiswa dari BJ Habibie ke Universitas Nagasaki, Jepang ini pun segera mematenkan temuannya itu.

Perusahaan galangan kapal Jepang penghasil Chemical-Tanker terbesar di dunia, Shinkurushima Dockyard, tertarik untuk mengadopsi sistem milik Kaharuddin, kemudian ia pun direkrut.

Demikian pula Mitsubishi Heavy Industry, perusahaan galangan kapal terbesar nomor dua di dunia dan tertua di Jepang tertarik juga mempekerjakannya.

Sistem optimasi desain kapal Kaharuddin terbukti menjadi penopang operasional industri perkapalan Jepang tersebut, terutama dalam bisnis perkapalan yang membutuhkan efisiensi dan efektifitas dari sisi desain.

Pulang Kampung
Rasa nasionalismenya kemudian mengingatkannya untuk pulang, Di kampung halamannya ini ia pun merintis perusahaan desain kapal pertama di Indonesia pada 2005, yang diberi nama PT. Terafulk Megantara Design (TMD) dengan modal gajinya selama di Jepang.

Ia lalu merekrut orang-orang muda di bidang desain kapal dan mengerjakan proyek-proyek desain perkapalan Jepang, Shin-kurushima Dockyard dan Mitsubishi Heavy Industry yang merupakan 97 persen dari total proyek TMD dari 2005 hingga sekarang atau totalnya sekitar 90 proyek.

Menurut Kahar, hal ini menjadi fenomenal karena Industri Jepang dikenal sangat tertutup dalam hal desain dan rancang bangun industri yang merupakan hulu proses industri mereka secara keseluruhan.

"Ini juga memberi pembuktian bahwa kemampuan putra bangsa Indonesia telah diakui oleh dunia," kata Kahar yang telah mengembangkan TMD menjadi lima perusahaan lainnya.

Saat ini TMD mempekerjakan 50 orang engineer muda yang secara berkala per tiga bulan dikirim ke Jepang untuk mempelajari ilmu desain perkapalan, sedang dari galangan kapal jepang juga mengirim beberapa tenaga ahli setiap bulannya untuk proses "knowledge transfer".

Setelah empat tahun mengerjakan proyek-proyek desain kapal milik perusahaan Jepang, Kahar mulai berpikir untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang telah dipendamnya sejak kecil, yakni membuat kapal sendiri.

Ia tahu, membangun sebuah kapal tidaklah murah, sedikitnya membutuhkan beberapa puluh miliar rupiah untuk bahan bakunya serta mesinnya yang masih harus diimpor dari Amerika, termasuk proses produksinya.

Dengan modal yang dikumpulkannya bersama kawan-kawannya, ia mulai memfokuskan diri pada manufaktur kapal.

Pada 21 Desember 2010 di Bangkalan, diluncurkanlah kapal perdananya yang ia desain sendiri bersama TMD dan dibangun sendiri di galangan kapal dalam negeri, dengan disaksikan Wakil Gubernur Jatim Saefullah Yusuf serta Panglima Armada Maritim Laksamana Muda TNI Ignatius Dadiek.

Dengan modal seadanya kapal dengan nama Tunas Terafulk I ini memang tidak besar, panjangnya sekitar 30 meter dengan bodi kapal terbuat dari aluminium dan kapasitas penumpang sekitar 70 kursi.

Kahar mengatakan, pihaknya saat ini juga sedang dalam proses melanjutkan pembangunan kapal berikutnya Tunas Terafulk II, yang jenisnya sama, yakni kapal penunjang produksi migas kelas Crewboat dengan kapasitas 70 Pax dan ukuran panjang 30 meter yang dikerjakan di galangan di Madura.

Kedua kapal ini merupakan kapal pertama di Indonesia untuk kelasnya yang keseluruhan proses pembuatannya yakni desain hingga produksinya dikerjakan oleh bangsa Indonesia.

Selain itu, ayah empat anak ini juga akan memulai pembangunan beberapa jenis kapal lainnya di tahun 2011 ini.

Memutar Roda
Industri perkapalan, menurut dia, adalah industri berat yang memiliki banyak keterkaitan dengan industri lainnya sehingga pengembangan industri perkapalan akan memutar roda industri di banyak sektor manufaktur lainnya.

"Jika kita melihat apa yang dicapai Korea dengan Hyundai Heavy Industry, begitu pula

di Jepang dengan Mitsubishi Heavy Industry, perusahaan industri berat di bidang perkapalan inilah yang menjadi pilar penyokong industri secara keseluruhan di negara-negara itu," katanya.

Khususnya karena industri derivatif (turunan) dari industri perkapalan memiliki spektrum yang sangat luas, mencakup industri metalurgi, permesinan, elektrikal hingga teknologi pendukung dari sisi teknologi informasi, urainya.

Kahar turut hadir menjadi pembicara pada penutupan Gebyar Inovasi Pemuda Indonesia (GIPI) yang diselenggarakan di IPB, pada 30 Januari 2011 dan dihadiri sekitar 2.000 mahasiswa dari puluhan universitas dan Menristek Suharna Surapranata, dengan judul materi "Teknoprener: Keyakinan dan Kesabaran?.

Ia juga mengingatkan, perkembangan Industri perkapalan ke depan sudah seharusnya bisa memanfaatkan momentum Inpres no. 5 tahun 2005, yang telah mengamanatkan agar perairan Indonesia hanya bisa dilewati oleh armada Nasional.

"Hal ini jika dilaksanakan secara konsekuen, akan menjadi fondasi yang baik bagi pertumbuhan industri perkapalan secara menyeluruh, apa lagi Indonesia adalah negara maritim," katanya.

Ia juga mengingatkan, bahwa industri perkapalan Indonesia, seperti halnya dengan Industri perkapalan di negara-negara maju tetap membutuhkan campur tangan pemerintah dalam mendukung pertumbuhannya.

"Kebijakan pajak yang memberatkan, administrasi yang berbelit-belit di berbagai instansi terkait, menjadi titipan catatan dari kami bagi pemerintah untuk perbaikan industri perkapalan di masa yang akan datang," katanya.

Sedangkan kepada generasi muda ia berharap hadirnya kesadaran secara nasional akan potensi bangsa untuk maju dan berkiprah secara global.

"Jika kesadaran ini tidak dimiliki maka pola ekonomi kita yang hanya menjadi bangsa konsumen dan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap bantuan asing akan terus berlanjut," serunya.
(D009/Z002)

Oleh Dewanti Lestari
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011