Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengatakan bahwa tugas ulama atau tokoh agama antara lain menjaga moral bangsa sehingga sudah semestinya tidak berdiam diri ketika terjadi penurunan moral kebangsaan.
"Bukankah agama mengatakan kalau kerusakan telah merata dan ulama diam saja, tunggu saat kehancuran," kata Hasyim di Jakarta, Selasa.
Karena itu, menurut dia, kritik yang disampaikan sejumlah tokoh agama kepada pemerintah adalah dalam kerangka menjaga moral bangsa yang memang menjadi kewajiban mereka.
"Karena di Indonesia yang sedang menghilang adalah moral kebangsaan," kata Presiden World Conference on Religions for Peace (WCRP) tersebut.
Dikatakannya, politik kehilangan moral amanat dan proteksi kerakyatan, hukum kehilangan moral keadilan dan kesetaraan, pendidikan kehilangan moral karakter, ekonomi kehilangan moral kemerataan dan kesejahteraan bersama, budaya kehilangan martabat serta kepemimpinan kehilangan kejujuran dan keteladanan.
Gerakan moral kebangsaan, termasuk yang berbasis nilai lintas agama, kata Hasyim, pasti menyentuh semua itu.
Seruan moral agama, lanjutnya, mulai didengar manakala terjadi kejenuhan sosial karena hilangnya moral kebangsaan.
"Bahwa gerakan moral akan membuahkan gerakan politik adalah sebuah keniscayaan manakala tidak ada peluang perbaikan," katanya.
Karena itu, menurut Hasyim, kritik tokoh lintas agama harus dipahami substansinya demi perbaikan, bukan justru dipersoalkan masalah redaksional atau pilihan kata-katanya.
"Tuduhan gerakan lintas agama sebagai kurang sopan harus dikesampingkan karena keselamatan bangsa bukan masalah `unggah ungguh` atau basa-basi, tapi masalah benar atau salah," katanya.
Hasyim berharap para tokoh lintas agama tetap bersama dalam menegakkan moral bangsa.
"Para aktivis lintas agama tidak perlu khawatir dengan tuduhan politisasi gerakan moral yang akan jadi gerakan politik," katanya.
(S024/S023/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.