Sejak full facility dimulai pada Januari 2016, puncak produksi dapat dicapai selama lebih kurang 5 tahun di angka 185.000 hingga 225.000 BOPD, termasuk tambahan 10.000 BOPD dari lapangan Kedung Keris sejak Desember 2019
Jakarta (ANTARA) - SKK Migas mencatat Blok Cepu yang dikelola Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ExxonMobil Cepu Ltd telah mencapai 500 juta barel minyak dan memberikan Rp249 triliun penerimaan negara.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, mengatakan produksi itu melebihi target awal sebesar 450 juta barel minyak dan memberikan penerimaan negara sebesar empat kali lipat dibandingkan nilai investasinya.
“Sejak 2008, dengan total investasi sekitar Rp57 triliun, Wilayah Kerja Cepu telah memproduksi 500 juta barel minyak mentah dan berkontribusi lebih dari Rp249 triliun bagi pendapatan negara dalam bentuk minyak mentah dan pajak,” ujarnya.
Berdasarkan kajian teknis yang dilakukan SKK Migas, cadangan Lapangan Banyu Urip juga meningkat menjadi 940 juta barel minyak yang artinya meningkat lebih dari dua kali lipat dari rencana pengembangan awal sebesar 450 juta barel minyak.
Peningkatan ini memberikan manfaat besar bagi penerimaan negara yang optimal serta memiliki efek berganda bagi perekonomian lokal.
Ketika awal rencana pengembangan Lapangan Banyu Urip, tingkat periode plateau diperkirakan berlangsung sekitar dua tahun dengan tingkat produksi rata-rata tahunan sebesar 165.000 barel minyak per hari (BOPD).
"Sejak full facility dimulai pada Januari 2016, puncak produksi dapat dicapai selama lebih kurang 5 tahun di angka 185.000 hingga 225.000 BOPD, termasuk tambahan 10.000 BOPD dari lapangan Kedung Keris sejak Desember 2019,” terang Dwi.
Lebih lanjut dia menyampaikan Lapangan Banyu Urip berada di puncak produksi selama lima tahun, lebih lama tiga tahun dari yang diantisipasi semula.
Saat ini, lapangan tersebut mengalami penurunan reservoir secara alami karena karakter reservoir alami yang berlaku umum di seluruh dunia. Namun demikian, Dwi mengatakan pihaknya terus berupaya bersama Exxonmobil untuk menjaga tingkat penurunan produksi yang terjadi di Blok Cepu.
Koordinasi aktif itu demi menjaga tingkat produksi Blok Cepu yang merupakan salah satu tulang punggung dalam upaya mencapai produksi nasional 1 juta barel minyak per hari pada 2030.
Fasilitas Blok Cepu dibangun oleh lima konsorsium yang dipimpin oleh perusahaan-perusahaan Indonesia, serta terdapat lebih dari 460 perusahaan nasional dan lokal juga turut berpartisipasi dalam mendukung pengembangan dan operasi di lapangan migas tersebut.
Mereka tak meningkatkan pengembangan kinerja organisasi, perusahaan-perusahaan itu juga mendapatkan manfaat berupa transfer pengetahuan dan teknologi.
Selain itu, SKK Migas - Exxonmobil juga merealisasikan program pengembangan masyarakat senilai lebih kurang Rp327 miliar sejak mulai pengembangan Blok Cepu.
Terdapat lebih dari 200.000 masyarakat Indonesia telah mendapatkan manfaat dari program itu yang mencakup bidang kesehatan, pendidikan, dan pembangunan ekonomi yang selaras dengan tujuan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
President ExxonMobil Indonesia Irtiza Sayyed mengatakan keberhasilan pengelolaan Blok Cepu merupakan hasil kemitraan yang baik antara Kementerian ESDM, SKK Migas, ExxonMobil Cepu Limited, dan para mitra yakni PT Pertamina EP Cepu dan BKS PI Blok Cepu.
“Pencapaian ini merupakan bukti dari kemampuan kami dalam membuat desain proyek kelas dunia dengan operasi yang aman dan kredibel, pengelolaan reservoir yang sangat baik, serta manajemen operasi yang andal oleh tenaga kerja Indonesia berkelas dunia,” pungkas Irtiza.
Baca juga: Terbesar di Indonesia, Menteri ESDM apresiasi produksi Banyu Urip Cepu
Baca juga: SKK Migas: Industri hulu migas jadi penggerak ekonomi daerah
Baca juga: Keberadaan Blok Cepu diharapkan serap tenaga kerja lokal
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021