London (ANTARA News) - Harga minyak dunia naik mendekati 100 dolar Amerika Serikat per barel pada Senin di tengah kekhawatiran bahwa kekerasan kerusuhan di Mesir bisa mengganggu aliran minyak melalui Terusan Suez dalam perjalanannya ke Barat, kata analis.
Namun, pasar segera berbalik arah karena kepala OPEC mengatakan kartel itu siap berdiri untuk meningkatkan produksi minyak jika krisis Mesir menghambat pasokan.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret mencapai 99,97 dolar per barel di perdagangan Asia -- tingkat tertinggi selama 28 bulan. Minyak mentah terakhir mencapai 100 dolar pada Oktober 2008.
Di perdagangan London kemudian, Brent ditarik kembali menjadi berdiri di 98,95 dolar, turun 47 sen dibandingkan dengan penutupan pada Jumat.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk Maret, merosot empat sen menjadi 89,30 dolar per barel.
Dorongan singkat menuju 100 dolar mencerminkan "berlanjutnya ketegangan di Mesir dan kemungkinan bahwa akan ada kendala (pasokan) melalui Terusan Suez," kata Ben Westmore, ekonom energi dan mineral untuk National Australia Bank.
Tom Bentz dari BNP Paribas mengatakan bahwa sekitar satu juta barel minyak setiap hari lewat melalui Terusan Suez, rute transit utama untuk pengiriman dari kawasan Teluk Persia.
"Ada beberapa kegelisahan mengenai persediaan yang dapat mempengaruhi Eropa lebih daripada AS," kata dia.
Grup pelayaran dan minyak Denmark, AP Moeller-Maersk mengatakan pihaknya menangguhkan kegiatan di Mesir tetapi kapal mereka akan terus berlayar melalui Terusan Suez.
Wakil kepala Badan Energi Internasional, Richard Jones, memperingatkan bahwa kerusuhan politik di Afrika Utara dan Timur Tengah adalah "kunci" ketidakpastian yang menggantung di pasar minyak.
Sekjen OPEC Abdalla Salem El-Badri memperingatkan bahwa "mungkin sebenarnya ada kekurangan" minyak mentah yang melewati Suez.
"Jika kita melihat kekurangan yang nyata, kita perlu bertindak," katanya kepada wartawan di sela-sela konferensi minyak di London.
Namun, El-Badri menekankan bahwa "pasokan pasar baik" dengan persediaan kuat dan "permintaan kurang dari tahun lalu" pada saat ini.
Kepala OPEC menambahkan bahwa ia melihat tidak perlu untuk pertemuan produksi darurat menjelang pertemuan yang dijadwalkan berikutnya di Wina pada Juni.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak memompa sekitar 40 persen dari minyak mentah di dunia, dengan sebagian besar berasal dari anggota Arab Saudi.
"Ketakutan lebih besar adalah bahwa kekacauan (Mesir) dapat menyebar ke negara Timur Tengah yang lain, termasuk bahkan Arab Saudi. Jika itu terjadi, maka semua taruhan pada harga minyak adalah terhenti," kata Sharon Zollner, seorang ekonom senior di Bank ANZ.
(A026/M012/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011