Jakarta (ANTARA News) - Dampak dari sentimen negatif regional menyusul krisis politik di Mesir memicu indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) awal pekan ini, Senin, kembali tertekan sebagaimana akhir pekan lalu.
"Sentimen negatif itu memicu pelaku pasar baik dalam negeri maupun pelaku pasar asing mengambil posisi jual," kata Analis Panin Sekuritas Purwoko Sartono di Jakarta, Senin.
Hingga perdagangan ditutup, nilai jual bersih investor asing (foreign net sell) mencapai Rp199,868 miliar.
IHSG BEI Senin tertekan 78,44 poin atau 2,25 persen ke posisi 3.409,17 poin dan kelompok 45 saham-saham unggulan (LQ45) juga melemah 16,49 poin (2,68 persen) ke level 597,85 poin.
Purwoko menambahkan, dampak dari sentimen negatif regional menyusul krisis politik di Mesir, serta aksi tunggu investor akan data inflasi Januari menekan IHSG hingga melemah 2,25 persen.
"Diprediksi tekanan jual masih akan berlanjut pada besok hari. Pergerakan indeks juga akan dipengaruhi oleh pengumuman inflasi Badan Pusat Statistik ((BPS).
Ia mengatakan, negatifnya bursa regional dan krisis politik di Mesir menjadi alasan untuk melakukan ambil untung (profit taking).
Ia memproyeksikan pada perdagangan selanjutnya, Selasa (1/2) indeks BEI akan bergerak pada kisaran support (batas bawah) pada level 3.360 dan resistance (batas atas) di level 3.420.
BEI ditutup dengan volume saham yang diperdagangkan mencapai 2,734 miliar dengan total nilai Rp4,776 triliun dari 89.969 kali transaksi.
Sementara saham yang menguat sebesar 31 saham, 217 saham tertekan, dan 52 saham tidak bergerak harganya (stagnan).
Saham-saham yang mengalami pelemahan antara lain saham Bank Rakyat indonesia (BBRI) turun Rp250 ke Rp4,850, Krakatau Steel (KRAS) Rp50 ke Rp1.070, Bumi Resources turun Rp150 ke Rp2.725.
Sementara bursa Regional seperti Indeks Hang Seng melemah 169,68 poin (0,72 persen) ke level 23.447,82, Indeks Nikkei-225 turun 122,42 poin (1,18 persen) ke level 10.237,92, dan Indeks Straits Times melemah 48,87 poin (1,51 persen) ke level 3.180,82.
(ANTARA/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011