GOR Trikora, Jayapura, Rabu 29 September lalu, Jasmini dkk sukses memenangkan medali emas PON Papua untuk nomor sepak takraw double tim setelah mengalahkan Jawa Timur 2-1 di partai final. Itu merupakan kali pertama DKI meraih medali emas sepak takraw di tingkat PON.
Bagi Jasmini sendiri ini merupakan penuntasan dahaga pribadi, mengingat dalam keikutsertaan di dua PON sebelumnya ia selalu gagal menempati podium tertinggi.
Bahkan, Jasmini sudah lebih dulu berkalung emas di negeri orang ketimbang di PON. Pada 2019, Jasmini menjadi bagian dari tim sepak takraw Indonesia yang meraih medali emas Arafura Games di Darwin, Australia.
Saat diminta membandingkan, Jasmini bilang bahwa emas PON jauh lebih panjang pengorbanan dan perjuangannya ketimbang emas Arafura Games.
"Kalau bilang puas ya pasti sama-sama puas. Cuma memang PON ini lebih banyak ceritanya, kami pernah punya pengalaman gagal dan membangun mimpi setelah gagal itu butuh proses," kata Jasmini.
"Sedangkan Arafura Games itu kan pertama kali ikut, jadi enggak ada ekspektasi apapun, cuma ingin main bagus dan Alhamdulillah dapat emas," ujarnya lagi.
Kegagalan-kegagalan di PON terdahulu diakui Jasmini menjadi salah satu bahan bakar dan pelajaran bagi dirinya sendiri serta rekan-rekannya di tim sepak takraw DKI.
Tim sepak takraw DKI menjalani persiapan panjang untuk PON Papua, bahkan di tengah berbagai aturan pembatasan terkait pandemi COVID-19.
"Sampai pandemi sekalipun, kami ada try-out di Makassar. Kami kalah waktu itu dan terus membenahi diri lagi, karena di sana kami tahu kekuatan kami sampai di mana," katanya.
"Saat masuk training camp lagi di Cengkareng, pandemi naik lagi, GOR Cenderawasih harus ditutup. Lari ke Cilotoh, supaya enggak terputus program latihan untuk mencapai prestasi. Karena kalau mau juara itu memang harus kerja keras dan doa," ujar Jasmini.
Baca juga: Siasat jitu sepak takraw putri DKI berbuah medali emas
Pelatih kepala tim sepak takraw DKI, Abdul Gani, mengaku selain mendampingi proses latihan keras para atlet-atlet binaannya ia juga berusaha terus menerus menanamkan kepercayaan diri.
"Saya bilang ke mereka, 'olahraga itu bulat, selama kita bekerja keras, kalian sudah menjalani itu, tinggal soal rejeki kalian'," katanya.
"Itu memang pekerjaan kami sebagai pelatih meyakinkan kepada mereka bahwa mereka hebat, bahwa mereka bukan orang biasa-biasa saja," ujar Abdul Gani menambahkan.
Bagi Jasmini, emas PON Papua juga menjadi pembuktian bahwa keputusannya memilih DKI Jakarta sebagai jalur pembinaan bukanlah langkah yang salah.
12 tahun kemudian setelah ia merantau ke Jakarta, dengan segala lika liku dan cobaan, dahaga emas itu mampu terpuaskan.
"Cobaan itu karena kita mampu. Di dalam solatku kadang aku bilang, 'Terima kasih atas cobaanmu. Aku yakin semua itu engkau berikan karena aku mampu'," katanya.
"Nyatanya memang begitu, setelah cobaan selalu ada hasilnya. Banyak cobaan, belajar sabar dan berdoa," tutup Jasmini.
Baca juga: DKI Jakarta jegal ambisi Jatim kawinkan emas sepak takraw double tim
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021