Sempat grogi
Ternyata, Raihan sederet prestasi tak menjamin atlet sekelas Rio terbebas dari rasa grogi dan kurang percaya diri kala bersiap menghadapi pertandingan, termasuk PON Papua.
Rio bercerita bahwa PON tahun ini merupakan ajang kompetisi yang paling membuatnya merasa grogi dari sekian banyak pertandingan yang sudah diikutinya.
Perasaan itu bukan tanpa alasan, Rio mengatakan selama dua tahun terakhir tidak ada kejuaraan dan harus menjalani latihan secara mandiri.
"Karena dua tahun tanpa kejuaraan, dua tahun tanpa pelatih istilahnya. Habis itu, saya latihan di luar tim. Jadi, istilahnya saya atlet yang liar," ujarnya.
Baca juga: Rio Maholtra sempat kurang percaya diri saat tampil di PON Papua
Namun, Rio tetap bersemangat menjalani persiapan untuk berlaga di ajang olahraga empat tahunan itu, termasuk dengan menjaga pola dan asupan makanan.
Tak lupa, Rio selalu berdoa agar Tuhan memudahkan perjuangannya merebut medali di nomor yang diikutinya, selain persiapan secara pribadi dan latihan.
Kini, Rio yang juga beristrikan atlet itu bisa memanen hasil perjuangannya berlatih mandiri selama dua tahun dengan kesuksesan menggondol medali emas di nomor andalannya.
Sedangkan medali perak diraih Hirzan Rahmadon dari Riau dengan catatan waktu 14,33 detik dan perunggu diraih oleh Ghanes Bagus Pandega dari Jawa Timur dengan waktu 14,41 detik.
Bonus bagi atlet peraih emas PON Papua yang dijanjikan Gubernur Sumsel Herman Deru, yakni uang sebesar Rp300 juta pun menanti Rio.
Nilai bonus yang dijanjikan itu lebih besar dari nominal yang diumumkan sebelumnya, yaitu Rp200 juta untuk setiap atlet peraih medali emas.
Yang pasti hasil tidak akan mengkhianati usaha maksimal yang telah dilakukan. Mungkin itu kata-kata yang pas untuk menggambarkan gigihnya perjuangan Rio hingga akhirnya bisa berprestasi menyumbangkan medali.
Baca juga: Gubernur Sumsel janjikan bonus Rp300 juta untuk medali emas PON Papua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021