Quetta, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Sejumlah orang bersenjata di Pakistan baratdaya menyerang tiga truk yang baru kembali dari misi mengirim perbekalan bagi pasukan NATO di Afghanistan, kata polisi, Minggu.
Serangan itu terjadi di dekat kota Wadh, sekitar 380 kilometer sebelah selatan Quetta, ibukota provinsi bergolak kaya minyak dan gas Baluchistan yang berbatasan dengan Iran dan Afghanistan.
"Sejumlah orang bersenjata menembaki tiga truk NATO, satu diantaranya digulingkan dan dua truk lain dibakar oleh penyerang," kata polisi setempat Juma Khan kepada AFP.
"Supir kendaraan-kendaraan itu tidak terluka," tambahnya.
Seorang polisi lain mengkonfirmasi serangan itu.
Truk-truk NATO dan truk minyak biasa menjadi sasaran serangan pembakaran yang dituduhkan pada gerilyawan yang berusaha mengacaukan dua rute pemasokan utama yang melewati Pakistan barat untuk pasukan asing yang memerangi Taliban dan Al-Qaeda di Afghanistan.
Sebagian besar peralatan dan perbekalan yang diperlukan pasukan asing di Afghanistan dikirim melalui Pakistan, meski pasukan AS semakin sering menggunakan rute alternatif melalui Asia tengah.
Taliban Pakistan mengklaim serangan-serangan semacam itu dilakukan sebagai pembalasan atas serangan udara AS terhadap gerilyawan di kawasan suku Pakistan.
AS pada 2010 menggandakan serangan rudal di kawasan suku Pakistan, dan lebih dari 650 orang tewas dalam sekitar 100 serangan sepanjang tahun itu.
Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al-Qaeda di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.
Sejumlah pejabat Pakistan melaporkan, sedikitnya 21 serangan pesawat tak berawak AS menewaskan sekitar 120 orang pada September, bulan paling mematikan dalam serangan semacam itu.
Ratusan orang tewas dalam puluhan serangan sejak 3 September, yang menyoroti ketegangan dengan Islamabad terkait dengan kecaman AS karena sejauh ini Pakistan tidak melancarkan ofensif darat ke Waziristan Utara.
Pejabat-pejabat AS mengatakan, pesawat tak berawak merupakan senjata sangat efektif untuk menyerang kelompok militan. Namun, korban sipil yang berjatuhan dalam serangan-serangan itu telah membuat marah penduduk Pakistan.
Lebih dari 1.150 orang tewas dalam lebih dari 140 serangan pesawat tak berawak di Pakistan sejak Agustus 2008, termasuk sejumlah militan senior. Namun, gempuran-tempuran itu telah mengobarkan sentimen anti-Amerika di negara muslim konservatif itu.
AS meningkatkan serangan rudal oleh pesawat tak berawak ke Waziristan Utara setelah seorang pembom bunuh diri Yordania menyerang sebuah pangkalan AS di seberang perbatasan di provinsi Khost, Afghanistan, pada akhir Desember, yang menewaskan tujuh pegawai CIA.
Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.
Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober 2009, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.
Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.
Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.
Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011