Pemulihan permintaan di negara tujuan ekspor seperti China dan AS serta membaiknya harga komoditas seperti CPO bisa menjadi pemicu kenaikan ekspor
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi VI DPR Achmad Baidowi mengapresiasi pencapaian surplus neraca perdagangan pada 2021 seiring dengan makin pulihnya sektor usaha yang berorientasi ekspor.
"Memang tidak sebagus sebelum pandemi, tetapi jika dibandingkan dengan negara lain, itu sudah bagus," kata Baidowi dalam pernyataan di Jakarta, Rabu.
Ia menyakini tren surplus neraca perdagangan yang secara kumulatif pada Januari-Agustus 2021 mencapai 19,17 miliar dolar AS ini akan terus berlanjut.
Baidowi juga optimistis kinerja ekspor nasional yang saat ini memberikan kontribusi 17 persen terhadap PDB akan terus menopang pertumbuhan ekonomi melalui upaya optimal Kementerian Perdagangan.
Selain itu, menurut dia, pemulihan permintaan di negara tujuan ekspor seperti China dan AS serta membaiknya harga komoditas seperti CPO bisa menjadi pemicu kenaikan ekspor di masa depan.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan pada Agustus 2021 sebesar 4,74 miliar dolar AS atau tertinggi sejak Desember 2006. Surplus ini juga merupakan yang ke-16 kali beruntun sejak Mei 2020.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani memperkirakan surplus neraca perdagangan pada 2021 akan melampaui pencapaian pada tahun lalu yang mencapai 21,73 miliar dolar AS.
"Potensi kesempatannya ada. Jadi, Indonesia dianggap oleh mata dunia makin baik reputasinya dari sisi delivery, harga mulai kompetitif, kualitas juga bagus," katanya.
Ia mengharapkan pemerintah tidak berpuas diri dan terus melakukan diversifikasi maupun penetrasi ke pasar ekspor baru untuk memperkuat kinerja perdagangan ke depannya.
Ketua Bidang Perdagangan Apindo Benny Soetrisno juga menuturkan lonjakan perdagangan saat ini berbanding lurus dengan penurunan kasus COVID-19 yang diupayakan oleh pemerintah.
Pencapaian ekspor ini juga tidak hanya disebabkan oleh adanya pembenahan di dalam negeri, tetapi juga tidak terlepas dari hasil diplomasi dan pembukaan akses perdagangan ke beberapa negara tujuan ekspor nontradisional.
"Kementerian Perdagangan membuka akses pasar ekspor ke beberapa negara nontradisional, di antaranya Afrika, Eropa tengah, dan Amerika Selatan, sehingga terjadi lonjakan ekspor," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, pengamat ekonomi UI Telisa Aulia Falianty menilai terdapat sejumlah faktor yang mendukung surplus neraca perdagangan seperti peningkatan permintaan di bidang energi dan makanan minuman selama pandemi COVID-19.
"Ini menjadi semacam blessing in disguise, di lain pihak, karena PPKM, impor kita turun drastis. Jadi, ini campur, ada promosi ekspor oleh pemerintah serta ada faktor global," katanya.
Baca juga: Kemenkeu: Surplus neraca perdagangan jadi motor penggerak ekonomi RI
Baca juga: Airlangga: Nilai ekspor RI catat rekor tertinggi sepanjang sejarah
Baca juga: Ketua Komisi VI DPR minta pemerintah bentuk peta jalan perdagangan
Pewarta: Satyagraha
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021