Jakarta (ANTARA) - Indonesia mengajak anggota Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) untuk mengatasi dampak pandemi COVID-19 melalui pembangunan ekonomi yang inklusif, perluasan digitalisasi, dan ekonomi berkelanjutan.
Dalam sesi Debat Umum Konferensi Tingkat Menteri UNCTAD yang berlangsung di Swiss dan Barbados, Wakil Menteri Luar Negeri RI Mahendra Siregar mengajak seluruh anggota UNCTAD untuk mengarahkan perhatian pada tiga elemen utama tersebut.
“Pertama, pembangunan ekonomi yang inklusif dengan mengembangkan ekonomi kreatif. Pengembangan ekonomi kreatif dapat membantu negara-negara untuk melakukan diversifikasi ekonomi dan juga membantu proses transformasi ekonomi negara-negara," ujar Wamenlu RI ketika menyampaikan sambutan melalui rekaman video, Rabu.
Wamenlu Mahendra mengatakan bahwa UMKM, perempuan, dan pemuda harus diberdayakan untuk memaksimalkan manfaat peluang-peluang yang diciptakan oleh ekonomi kreatif.
Hal ini bertepatan dengan momentum tahun 2021 yang ditetapkan sebagai Tahun Internasional Ekonomi Kreatif Untuk Pembangunan Berkelanjutan (Res/A/74/198).
“Kedua, memberikan dukungan terhadap perluasan digitalisasi," ujar Mahendra.
Salah satu pelajaran berharga yang dapat diambil dari pandemi ini yaitu kegiatan bisnis dapat bertahan dari keterpurukan ekonomi apabila dapat beradaptasi dan menggunakan ekonomi digital sebagai sarana memasarkan produk dan memperluas jangkauan konsumen.
“Oleh sebab itu, perlu perhatian khusus untuk menjembatani keseimbangan digital antarnegara dan antarwilayah dalam suatu negara dengan harga yang terjangkau dan akses terhadap infrastruktur digital yang dapat diandalkan, khususnya di negara berkembang,” tutur Mahendra.
Elemen ketiga yang perlu dimajukan adalah transisi menuju ekonomi berkelanjutan.
Dalam hal ini, pemerintah perlu memperkuat kebijakan perdagangan dan investasi untuk berkontribusi pada pencapaian tujuan iklim dan lingkungan sesuai Agenda 2030, dan menekankan tindakan yang lebih konkret dan terkoordinasi, sesuai dengan prinsip Common but Differentiated Responsibilities (CBDR) dan kemampuan masing-masing masing negara.
Mahendra menggarisbawahi pentingnya membangun kepercayaan untuk memastikan bahwa isu lingkungan tidak dipergunakan sebagai hambatan perdagangan.
Selain itu, ia juga menekankan bahwa ekonomi berkelanjutan tidak akan tercapai ketika negara-negara berjuang untuk membayar utang yang meningkat akibat pandemi.
“Dukungan UNCTAD untuk negara berkembang mutlak diperlukan, mari bekerja sama sehingga hasil pertemuan UNCTAD ke-15 ini dapat membantu anggotanya mewujudkan dunia yang lebih inklusif, tangguh, dan berkelanjutan untuk masa depan bersama," tutur Mahendra.
KTM ke-15 UNCTAD yang berlangsung pada 4-7 Oktober 2021 mengusung tema “From Inequality and Vulnerability to Prosperity for All”. Kegiatan tersebut diikuti oleh 195 negara anggota UNCTAD.
Baca juga: UNCTAD: China menjadi penerima FDI terbesar 2020
Baca juga: UNCTAD: kenaikan tarif AS-China picu penurunan dan pengalihan perdagangan
Menlu: Indonesia terus promosikan investasi di tengah pandemi
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021