Teheran (ANTARA News) - Belanda membekukan kontak-kontak dengan Iran setelah Teheran menggantung seorang wanita Belanda keturunan Iran karena menyelundupkan narkoba. Perempuan itu semula ditahan karena ikut serta dalam protes-protes anti-pemerintah.

Eksekusi terhadap Zahra Bahrami, Sabtu menambah jumlah orang yang digantung di Iran tahun ini menjadi 66 orang -- rata-rata lebih dari dua orang sehari-- kata data AFP mengutip laporan-laporan media.

"Seorang pedagang narkoba bernama Zahra Bahrami, anak perempuan dari Ali, menjalani hukuman gantung Sabtu pagi setelah ia terbukti bersalah menjual dan memiliki narkoba," kata kantor kejaksaan Teheran.

Menteri Luar Negeri Belanda Uri Rosenthal "terkejut dengan apa yang dilakukan oleh satu rezim yang kejam itu," kata juru bicara kementerian luar negeri Hangt van Loosdrecht kepada AFP.

"Belanda memutuskan akan membekukan semua kontak dengan Iran" setelah memperoleh konfirmasi tentang eksekusi Zahra dari duta besar Iran untuk Belanda Kazem Gharib Abadi, kata juru bicara kementerian itu.

"Ini menyangkut semua kontak resmi antara para diplomat dan para pejabat sipil," tambahnya.

Zahra, warga Belanda kelahiran Iran berusia 46 tahun, dilaporkan ditahan 1 Desember 2009 setelah ikut unjuk rasa menentang pemerintah Iran ketika sedang mengujungi keluarganya di republik Islam itu.

Kantor kejaksaan, Sabtu mengkonfirmasikan bahwa dia ditahan karena melakukan "kejahatan keamanan."

Tetapi menguraikan tentang tuduhan penyelundupan narkoba, kantor itu mengatakan Zahra menggunakan koneksi-koneksi Belanda untuk memasukkan narkoba ke Iran.

"Narapidana yang anggota satu geng narkoba internasional itu, menyelundupkan kokain ke Iran menggunakan koneksi-koneksi Belandanya dan dua kali mengirim dan mendistribusikan kokain di negara itu," katanya.

Dalam penggeledahan di rumahnya, pihak berwenang menemukan 450 gram kokain dan 420 gram opium, kata kantor kejaksaan. Hasil penyelidikan mengungkapkan dia telah menjual 150 gram kokain di Iran, tambahnya.

"Pengadilan revolusi menghukum dia dengan hukuman mati karena memiliki 450 gram kokain dan ikut serta dalam penjualan 150 gram kokain," katanya.

Pemerintah Belanda mengatakan pihaknya "terkejut" dengan pengeksekusian Zahra.

"Kami sama sekali mengharapkan hal itu tidak terjadi," kata juru bicara kementerian luar negeri van Loosdrecht.

Pihak berwenang Belanda menyatakan simpati dan belasungkawa mereka kepada keluarga Zahra, katanya.

"Kami masih melakukan kontak dengan keluarganya di Teheran, bahwa alasan itulah mengapa kami ingin tetap mempertahankan duta besar kami di Teheran," tambahnya.

Belanda telah meminta rincian tentang kasus Zahra dan menuduh para pejabat Iran menolak akses kedutaan besar Belanda ke padanya karena mereka tidak mengakui dwi kewarganegaraannya.

Pernyataan dari kedutaan besar Iran di Belanda mengatakan masalah itu adalah "satu masalah dalam negeri seharusnya tidak memiliki dampak pada hubungan timbal balik antara kedua negara."

"Kami semua menyesalkan fakta bahwa seorang warga Iran melakukan satu tindak kejahatan yang menyebabkan dia dijatuhi hukuman mati," kata pernyataan itu.

Kedutaan itu juga mengatakan dia melakukan kunjungan itu dengan menggunakan paspor-paspor Belanda, Iran dan Spanyol, semua paspor itu memiliki informasi personal yang berbeda.

Radio Netherlands Worldwide, yang mengutip pernyataan putri Zahra, Banafsheh Najebpour, melaporkan awal bulan ini bahwa Zahra sedang menunggu disidangkan dalam kasus penting kedua. Dalam kasus itu, dia dituduh berada di belakang satu kelompok oposisi bersenjata.

Di Teheran tahun ini terjadi sejumah eksekusi hukuman gantung terutama para penyelundup narkoba.

Senin lalu, Iran melakukan eksekusi pertamanya terhadap dua aktivis politik yang ditahan dalam protes-protes di jalan setelah pemilihan presiden yang disengketakan tahun 2009.

Jafar Kazemi dan Mohammad Ali Hajaghael, para anggota Mujahiddin Rakyat Iran yang terlarang itu , digantung kendatipun Sekjen PBB Ban Ki-moon dan Menlu AS hillary Clinton mendesak mereka dibebaskan.

Pengeksekusian itu mendapat kecaman dari Catherine Ashton, ketua kebijakan luar negeri Uni Eropa, yang memimpin perundingan antara negara-negara penting dunia dan Iran mengenai program nuklir Teheran yang kontroversial itu.

Bersama China, Arab Saudi dan Amerika Serikat,Iran paling banyak melakukan eksekusi setiap tahun melibatkan kasus perzinahan, pembunuhan , perdagangan narkoba dan kejahatan-kejahatan penting lainnya yang semuanya dapat dijatuhi hukuman mati.
(H-RN/B002/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011