Penyediaan solusi pengelolaan finansial dan perlindungan asuransi merupakan salah satu bentuk kepedulian Cigna terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat

Jakarta (ANTARA) - Perusahaan asuransi jiwa Cigna Indonesia berkomitmen menyediakan solusi perlindungan asuransi yang mampu membantu nasabah meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan ketenangan pikiran sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat di tengah pandemi COVID-19.

“Penyediaan solusi pengelolaan finansial dan perlindungan asuransi merupakan salah satu bentuk kepedulian Cigna terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,” kata President Director & CEO Cigna Indonesia Phil Reynolds, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Reynolds menjelaskan, dari hasil survei Skor Kesejahteraan 360° yang dilakukan Cigna secara global terhadap 18.000 responden di 21 negara pada kuartal II-2021 bahwa pandemi COVID-19 telah membuat masyarakat semakin peduli terhadap kesehatan.

“Survei itu untuk mendapat gambaran mengenai persepsi masyarakat dan harapan dalam meraih tingkat kesejahteraan yang lebih baik,” katanya.

Survei itu juga sekaligus mengonfirmasi data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyebutkan dalam dua tahun terakhir, terjadi pertumbuhan densitas atau premi terhadap jumlah penduduk per tahun,

Pada 2019 tingkat densitas atau pengeluaran rata-rata penduduk Indonesia untuk arusansi per tahun tercatat Rp 1,67 juta, naik menjadi Rp 1,74 juta pada 2020 dan meningkat tipis pada Juni 2021 menjadi Rp1,78 juta.

“Artinya, masyarakat mengeluarkan dana lebih untuk membeli asuransi dan membayar premi. Ini juga didukung angka pertumbuhan klaim yang dibayarkan perusahaan asuransi,” katanya.

OJK mencatat, nilai klaim asuransi pada masa pandemi meningkat 3,97 persen (YoY), yakni dari Rp 47,6 triliun pada April 2020, menjadi Rp49,49 triliun pada periode yang sama 2021.

Reynolds jelaskan, nasabah yang dilayani Cigna pada pertengahan tahun 2019 masih sekitar 1 juta, kini pada 2021 jumlah yang dilayani naik menjadi 1,2 juta lebih nasabah.

Hasil survei Cigna ini juga sejalan dengan data Kementerian Kesehatan yang menyebutkan, nilai transaksi sektor kesehatan di Indonesia setahun terakhir dari individu, instansi pemerintah, dan korporat sangat besar, tercatat mencapai Rp490 triliun.

Sementara itu, Data Kementerian Keuangan menunjukkan pada periode Januari–Maret 2020, arus modal keluar dari pasar keuangan Indonesia mencapai Rp145,28 triliun. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan masa krisis keuangan global 2008 yang hanya sebesar Rp69,9 triliun.

Pandemi juga berdampak besar terhadap dunia usaha terutama sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) mengungkapkan, dari Juli 2020 hingga September 2021 tercatat sebanyak 30 juta UMKM terdampak pandemi. Sedangkan, data survei Bank Indonesia pada Maret 2021 menyebutkan, sebanyak 87,5 persen UMKM terdampak pandemi dan 93,3 persen pelaku usaha sektor tersebut merasakan dampak penurunan omzet penjualan.

Sementara itu, Direktur Pemasaran dan Kerja Sama Strategis Cigna Indonesia Akhiz Nasution mengatakan secara umum tingkat stres orang Indonesia memang lebih rendah dibanding negara-negara lain yang disurvei, termasuk negara tetangga seperti Singapura.

Namun, Indonesia tetap mengalami kenaikan tingkat stres dari 73 persen di awal 2020 ke angka 75 persen pada tahun 2021.

“Cigna memahami pentingnya keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental untuk menjaga kesejahteraan individu. Peningkatan stres ini juga dipengaruhi adanya pembatasan aktivitas masyarakat selama masa pandemi, terutama dalam melakukan perjalanan luar kota dan pergi berwisata,” katanya.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021