Davos (ANTARA News) - Keberhasilan negosiasi putaran Doha amat bergantung pada keterlibatan dan kemauan politik dari pemimpin negara-negara dunia.
Dalam diskusi bertema revitalisasi perdagangan dunia di World Economic Forum (WEF), Davos, Swiss, Jumat, para panelis yang terdiri atas Perdana Menteri Inggris David Cameron, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Susio Bambang Yudhoyono, dan Direktur Wolrd Trade Organization (WTO) Pascal Lamy menyetujui bahwa diperlukan batas waktu untuk negosiasi Putaran Doha.
Negosiasi yang telah memakan waktu sepuluh tahun itu, menurut para panelis, saat ini memasuki titik penentuan terakhir untuk berhasil atau justru menemui kegagalan.
Para panelis sepakat bahwa keterlibatan pemimpin negara sangat penting untuk penyelesaian perundingan karena membutuhkan kebijakan politik dari masing-masing negara dalam berkompromi menemui kesepakatan.
Direktur WTO Pascal Lamy mengatakan saat ini negosiasi sebenarnya sudah mencapai 80 persen yang menjadi fondasi cukup kuat guna menyelesaikan 20 persen dari kesepakatan yang belum tercapai.
Karena itu, menurut Lamy, negosiasi harus dipercepat dengan menggunakan energi politik serta setiap kesempatan yang ada seperti forum G20.
Meski demikian, David Cameron dan Angela Merkel tetap menyampaikan keyakinan mereka bahwa Putaran Doha dapat berhasil.
Sedangkan Presiden Yudhoyono yang menyampaikan pandangan negara berkembang menekankan pentingnya perdagangan bebas sekaligus adil bagi semua negara.
"Kami tidak hanya butuh perdagangan yang seimbang tetapi juga komprehensif," ujarnya.
Presiden Yudhoyono pun mengakui bahwa kepemimpinan politik memang dibutuhkan untuk mempercepat negosiasi Putaran Doha karena negara berkembang juga membutuhkan perdagangan untuk mesin pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan. (D013/T010/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011