Denpasar (ANTARA News) - Bali mampu menghasilkan sekitar 150.000 ton matadagangan rumput laut selama 2010, meningkat 45.000 ton atau 42,8 persen dari tahun sebelumnya yang hanya tercatat 105.000 ton.
"Matadagangan tersebut dipanen dari lahan pengembangan seluas 707,7 hektare di wilayah perairan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Pantai Kutuh, Kabupaten Badung, Benoa, Kota Denpasar dan Pantai Bukti, Kabupaten Buleleng yang menjadi sentra pengembangan rumput laut di daerah ini," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali Gusti Putu Nuriatha di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, sentra pengembangan rumput laut tersebut mempunyai potensi yang sangat besar, namun baru dimanfaatkan sebagian kecil saja.
Nusa Penida, sebuah pulau kecil yang terletak sekitar 19 mil laut tenggara daratan Bali, wilayah pantainya tercatat sebagai "museum" spinosum, yakni jenis rumput laut yang telah langka di dunia.
Rumput laut jenis spinosum merupakan species tumbuhan perairan langka, karena di Indonesia hanya terdapat di kawasan pantai Nusa Penida.
Sejumlah peneliti, baik dari IPB Bogor maupun Fakultas Pertanian Universitas Udayana (Unud), bahkan dari luar negeri, sering kali menyebutkan kalau spinosum merupakan species langka.
Para peneliti juga sering mengaku bersyukur species langka itu masih bisa tumbuh subur di kawasan pantai Nusa Penida yang tergolong belum banyak "dilanyah" pendatang atau kepentingan wisatawan,
Ke depan potensi tersebut diharapkan dapat dikembangkan secara maksimal, sehingga produksi dapat ditingkatkan sebesar 353 persen dalam kurun waktu lima tahun mendatang, harap Gusti Putu Nuriatha.
Untuk itu pihaknya memberikan bantuan berupa 295 unit alat pengeringan rumput laut (para-para) kepada kelompok tani rumput laut Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.
Bantuan serupa juga diberikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali sebanyak 160 unit. Dengan demikian petani rumput laut di Bali, khususnya di sentra pengembangan Nusa Penida yang memiliki perairan sangat potensial untuk pengembangan rumput laut mampu menghasilkan produksi yang bermutu dan mampu bersaing di pasaran ekspor.
Produksi rumput laut yang dihasilkan itu sebagian besar sebagai matadagangan antarpulau dengan tujuan Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Matadagangan itu setelah diproses lebih lanjut dijadikan matadagangan ekspor lewat kedua daerah itu.
Hanya sebagian kecil matadagangan rumpur laut itu diolah menjadi makanan dan minuman siap hidang maupun sebagai komoditi ekspor.
Hanya tercatat 376 kilogram rumput laut yang diekspor ke pasaran luar negeri senilai 2.080 dolar AS selama sebelas bulan periode Januari-November 2010.
Kondisi tersebut menurun 126 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya senilai 917 dolar AS atas pengapalan 395 kilogram, ujar Gusti Putu Nuriatha. (I006/P004/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011