Jakarta (ANTARA News) - Anggota Fraksi Partai Demokrat di DPR RI, Nurhayati Ali Assegaf mengatakan, kaum perempuan masih dituntut harus mempunyai kemampuan `super` dibanding laki-laki baru bisa diperhitungkan.
Ia mengatakan itu kepada ANTARA di Jakarta, Jumat, terkait masih banyaknya masalah gender yang oleh banyak kalangan dinilai hingga kini belum berpihak kepada perempuan.
"Peran perempuan di Indonesia memagn sudah ada peningkatan saat ini. Misalnya saja sudah ada kaum perempuan sebanyak 18 persen di DPR RI, bahkan sekitar 30 persen di beberapa DPRD Tingkat II," ungkapnya.
Tetapi sayangnya, kata dia lagi, semua itu dicapai perempuan, karena memang mereka terpilih dalam suatu kompetisi, (yang terkadang dengan susah payah mesti dilewati).
"Kalau penunjukkan seperti posisi Pimpinan DPR RI, Pimpinan Komisi maupun di lingkup Eksekutif pada umumnya, agaknya masih sangat jauh. Kami kaum perempuan masih harus punya kemampuan `super` lainnya, agar bisa diperhitungkan," ujarnya lagi.
Bagi Nurhayati Ali Assegaf dkk, situasi seperti sekarang, benar-benar tidak adil.
"Saya berharap ke depan ada perubahan `mindset` laki-laki yang tidak mempermasalahkan lagi ketika harus bekerjasama dengan perempuan sebagai mitra kerjanya, atau menuntut macam-macam standard," tandasnya.
Ia harus mengatakan hal ini, karena menurutnya, pihaknya saat ini masih banyak menemui problem tersebut di berbagai tempat kerja, yakni kaum perempuan dituntut macam-macam lebih banyak dari laki-laki.
"Padahal, dalam Negara Demokrasi, hal ini seharusnya tidak lagi terjadi. Karena, Demokrasi itu artinya persamaan hak bagi laki-laki maupun perempuan," tegasnya.
Karena itu, ia berharap tidak hanya Undang Undang Partai Politik (Parpol) atau seri UU Politik lainnya yang kita kejar dengan memperbaiki persoalan gender ini.
"Tetapi lebih pada implementasinya yang kita butuhkan, demi mendorong peningkatan peran perempuan di Indonesia," kata Nurhayati Ali Assegaf.(*)
(M036/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011