Kalau orang tidak kebal, bisa terinfeksi dan menjadi sumber infeksi buat orang lain
Jakarta (ANTARA) - Sejak kemunculan kasus pertama pada awal Maret 2020, pandemi COVID-19 masih menjadi suatu tantangan besar bagi bangsa Indonesia hingga saat ini. Dalam perjalanannya, kasus COVID-19 perlahan naik, kemudian turun, namun bisa tiba-tiba melonjak tajam hingga membuat para pemangku kepentingan termasuk tenaga kesehatan dan rumah sakit kewalahan. Tidak sedikit juga korban meninggal akibat COVID-19.
Bahkan ketika terjadi gelombang COVID-19 pada Juli-Agustus 2021, rumah sakit-rumah sakit penuh sehingga tidak semua pasien bisa mengakses tempat rawat dan mendapat penanganan segera di rumah sakit. Alhasil, sebagian warga harus menjalani isolasi mandiri di rumah, di tempat yang sudah disediakan pemerintah di luar rumah sakit, dan di hotel, serta meningkatnya angka kematian dibanding periode sebelumnya.
Kini Indonesia mengalami penurunan kasus COVID-19. Namun, kata “aman” dan “tenang” belum bisa dijamin karena COVID-19 masih membayangi kehidupan masyarakat Indonesia. Lengah sedikit, virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 langsung menyerang dan menginfeksi tubuh. Tanpa perlindungan dan upaya pencegahan yang terus dilakukan secara konsisten dan ketat, maka tidak dapat terhindar dari COVID-19.
Penurunan kasus saat ini juga sebagai dampak dari telah banyaknya warga yang terinfeksi COVID-19 dan sembuh, dan gencarnya kegiatan vaksinasi COVID-19 yang dilakukan pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak sehingga semakin banyak warga yang memiliki kekebalan tubuh terhadap virus yang menyebabkan COVID-19 itu.
Namun, imunitas tersebut tidak bertahan selamanya. Rata-rata bisa bertahan enam sampai delapan bulan sehingga perlu vaksinasi ulang suatu waktu. Namun, masih ada hal besar dan penting yang harus dilaksanakan yakni melakukan vaksinasi COVID-19 pada sekitar 70 persen warga Indonesia untuk menciptakan kekebalan kelompok, dan diupayakan untuk bisa memberikan vaksin COVID-19 pada seluruh rakyat Indonesia.
Semakin banyak warga yang divaksinasi, semakin banyak pula orang memiliki kekebalan tubuh untuk perlindungan diri, sehingga diharapkan kasus semakin menurun.
Meskipun kasus telah menurun setelah ada lonjakan luar biasa pada Juli-Agustus 2021, masyarakat Indonesia tetap tidak bisa berpuas diri atau euforia hanya dengan hasil saat ini.
Masih ada pekerjaan rumah masih besar untuk bisa meminimalkan seminimal mungkin kasus COVID-19 agar tidak ada lagi yang menjadi korban kesakitan bahkan kehilangan nyawa akibat COVID-19, dan melindungi segenap bangsa dari serangan COVID-19. Salah satu upaya penting yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah mempercepat vaksinasi COVID-19.
Vaksin berfungsi untuk membangkitkan kekebalan seseorang terhadap penyakit yang dituju. Semakin banyak orang yang menerima vaksin diharapkan mereka punya kekebalan, dan semakin banyak orang yang punya kekebalan tubuh itu, maka akan terbentuklah kekebalan kelompok.
Kekebalan tubuh menjadi modal utama untuk perlawanan ketika ada serangan virus yang mencoba menginfeksi sel-sel di dalam tubuh. Perlawanan itu akan mendesak virus untuk tidak bereplikasi atau berkembang menjadi begitu banyak di dalam tubuh sehingga menekan jumlah virus dan meminimalkan dampaknya pada tubuh.
Sementara jika jumlah virus berkembang dan menjadi banyak pada tubuh seseorang yang belum memiliki antibodi terhadap virus itu atau belum mempunyai kekebalan, maka orang itu berpotensi untuk jatuh pada kondisi berat, dan yang sangat dikhawatirkan adalah COVID-19 dapat mengancam nyawa. Oleh karena itu, penting untuk menjalani vaksinasi COVID-19.
Baca juga: Menkes: Vaksinasi Indonesia peringkat lima dunia
Baca juga: Kemenkes: Vaksinasi penyintas menyesuaikan ketersediaan vaksin
Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan vaksinasi COVID-19 bermanfaat untuk mencegah ledakan kasus, mengurangi angka kesakitan dan mencegah gejala berat sehingga bisa mengurangi angka kematian.
Memang kekebalan tubuh yang terbentuk dari proses alamiah setelah sembuh COVID-19 dan dari vaksinasi COVID-19, tidak bersifat permanen, namun bisa menurunkan angka penularan terutama angka keganasan sehingga angka rawat inap dan angka kematian akan menurun.
Vaksinasi juga akan memudahkan upaya-upaya penanggulangan lain sehingga kasus COVID-19 akan sedikit, dan orang yang terinfeksi tidak sampai mengalami kondisi berat atau kritis sehingga dapat segera sembuh dibanding mereka yang sama sekali belum divaksinasi.
Peneliti Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Amin Soebandrio mengatakan percepatan vaksinasi COVID-19 bersifat mendesak karena berlomba dengan kecepatan mutasi virus corona penyebab COVID-19.
Oleh karena itu, vaksinasi harus segera dapat dituntaskan agar bisa mencapai kekebalan kelompok secepat mungkin. Untuk mencapai kekebalan kelompok, maka sekitar 70-80 persen penduduk Indonesia harus divaksinasi.
Selama ini banyak kekhawatiran bahwa dengan mutasi-mutasi virus corona penyebab COVID-19 dan munculnya varian-varian baru maka efektivitas vaksinasi akan menurun.
Walaupun sekarang vaksin-vaksin COVID-19 yang ada masih efektif melawan virus tersebut, namun, apabila virusnya terus menerus bermutasi dan mutasinya lebih cepat dibanding laju vaksinasi, mungkin saja suatu ketika vaksinnya perlu diganti dan disesuaikan dengan perkembangan virus tersebut.
Mutasi akan terjadi ketika virus memperbanyak diri di dalam tubuh manusia (host). Itu berarti harus mencegah virus tidak menemukan host baru dengan memutuskan rantai penularan, dan salah satu faktor utama memutus rantai penularan adalah mencapai kekebalan kelompok.
Kekebalan kelompok akan melindungi orang-orang yang masih belum bisa menerima vaksin karena sejumlah kondisi seperti ada komorbid atau karena keadaan tertentu dinyatakan belum bisa divaksinasi. Orang-orang tersebut bisa dilindungi jika sudah terbentuk kekebalan kelompok.
“Kalau orang tidak kebal, dia bisa terinfeksi dan bisa menjadi sumber infeksi buat orang lain. Tapi kalau sudah divaksinasi, dia punya kekebalan, artinya dia tidak menjadi sumber penularan buat orang lain,” ujar Amin.
Pemerintah Indonesia berupaya agar vaksinasi COVID-19 setara dan merata untuk seluruh elemen masyarakat. Itu berarti semua orang boleh mendapatkan vaksin COVID-19 termasuk penyandang disabilitas dan lanjut usia, dan vaksin COVID-19 harus bisa diakses oleh semua orang, tidak hanya mereka yang tinggal di perkotaan atau daerah yang mudah diakses transportasi dan komunikasi tapi juga oleh mereka yang tinggal di pedalaman dan daerah kurang sejahtera.
Selain pemerintah jemput bola untuk menyediakan dan menyalurkan vaksin kepada warga serta mengedukasi masyarakat akan pentingnya vaksinasi COVID-19, masyarakat juga perlu mengambil bagian penting dengan bersedia melakukan vaksinasi karena kesuksesan vaksinasi selain didukung ketersediaan dan akses, tapi juga kesediaan masyarakat untuk divaksinasi.
Oleh karena itu, masyarakat diharapkan aktif dan segera mengakses vaksin COVID-19 yang tersedia. Masyarakat juga diharapkan tidak pilih-pilih vaksin COVID-19 karena negara-negara di dunia berebut untuk dapat memperoleh vaksin di pasar internasional.
Melakukan vaksinasi secepat mungkin adalah penting agar Indonesia dapat mengurangi angka kasus COVID-19 dan tidak mengalami ledakan kasus COVID-19 di kabupaten/kota atau provinsinya. Oleh karena itu, diharapkan seluruh masyarakat segera menjalani vaksinasi COVID-19 untuk melindungi diri dan mencegah diri menjadi sumber penularan COVID-19 bagi orang lain.
Baca juga: Vaksinasi COVID-19 dosis lengkap capai 53.656.921 orang
Baca juga: Penerima dua dosis vaksin COVID-19 capai 53.006.923 orang pada Senin
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021