Palu (ANTARA News) - Warga masyarakat Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah (Sulteng), belum puas atas penyelesaian kasus kerusuhan yang melibatkan antara warga dan anggota Polri di daerah itu pada 31 Agustus-1 September 2010.
"Saya baru kemarin (Selasa,25/1) dari Buol. Masyarakat di sana belum puas dengan penegakan hukum karena ada anggapan nyawa hanya dikonversi dengan penegakan disiplin," kata anggota DPRD Sulteng daerah pemilihan Buol dan Tolitoli, Zainal Daud di Palu, Rabu.
Pernyataan itu disampaikan Zainal Daud di depan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulteng, Brigjen Pol Dewa Parsana, di kantor DPRD setempat.
Dia mengatakan, kerusuhan tersebut berdampak pada harmonisasi antara Polri dan masyarakat menjadi renggang. Beberapa masalah yang mestinya butuh penanganan kepolisian justru tidak ditindaklanjuti.
Zainal mencontohkan, pelanggaran lalu lintas seperti tidak menggunakan helm saat berkendara menjadi hal yang biasa di Buol. Demikian halnya dengan judi kupon putih atau toto gelap (togel) juga kian marak, namun tidak ditindak aparat setempat.
"Ini perlu disikapi sebelum terlanjur berdampak di tengah masyarakat," kata Zainal.
Menanggapi hal itu, Kapolda Brigjen Pol Dewa Parsana menjelaskan, penyelesaian kasus Buol akan diselesaikan secara bertahap.
Dia mengatakan, dirinya sudah bertemu dengan Kajati Sulteng, Isa Ansari, agar secepatnya memproses pemeriksaan perkara yang sudah dilimpahkan ke kejaksaan terhadap pelaku penganiayaan di sel Polsek Biau hingga mengakibatkan Kasmir tewas.
Parsana mengakui secara teknis Polri mengalami kendala dalam mengungkap kasus penembakan. Namun Parsana tidak menjelaskan tingkat kesulitan teknis yang dimaksud.
"Kami tidak ingin menyampaikan ini secara fulgar, secara teknis memang masih butuh waktu," katanya dan menambahkan, pihaknya akan berusaha membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap Polri yang bertugas di Buol.
Menurutnya, jika pengganti Kapolres Buol Amin Litarso sudah ada, maka sebelum yang bersangkutan ditempatkan di Buol akan berdialog lebih awal dengan tokoh masyarakat di daerah perbatasan Sulteng dan Gorontalo itu.
Kapolda juga menyatakan akan mengunjungi Buol untuk berdialog dengan masyarakat dan tokoh adat guna membangun Buol pascabentrok tersebut.
Bentrok antar anggota Polri dan masyarakat di Buol 31 Agustus-1 September lalu mengakibatkan delapan warga tewas tertembak. Gedung Polsek serta fasilitas kendaraan Polri ikut dibakar.
Peristiwa tersebut berawal dari tewasnya seorang warga bernama Kasmir di sel tahanan Polsek Biau hingga akhirnya berujung prahara hebat. (A055/S019/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011