Tunis (ANTARA News) - Tunisia mengatakan Rabu telah mengeluarkan surat penangkapan internasional terhadap Presiden tersingkir Zine El Abidine Ben Ali, yang mengundurkan diri bulan ini di tengah protes terhadap rejimnya dan melarikan diri ke Arab Saudi.
Kementerian kehakiman mengatakan Ben Ali, istrinya Leila Trabelsi dan anggota keluarganya yang pernah sangat berkuasa dituduh secara ilegal memperoleh aset dan mentransfer dana-dana ke luar negeri selama 23 tahun rejim pemimpin veteran itu.
Pengumuman tersebut muncul ketika ketegangan memuncak di negara Afrika utara menjelang perombakan kabinet yang genting yang diperkirakan akan diumumkan Rabu, di tengah bentrokan di Tunis soal protes yang menyarankan putus sama sekali dengan rejim lama.
Polisi huru hara menembakkan gas airmata ke arah pengunjuk rasa yang telah berkumpul di kompleks utama pemerintahan di Tunis selama empat hari sesudah beberapa diantara mereka mencoba untuk menerobos penghalang, sementara pasukan keamanan menutup wilayah itu dengan kawat berduri.
Seorang wartawan AFP melihat sebanyak 200 pengunjuk rasa melempari polisi dengan batu.
Para pengunjuk rasa meminta tokoh-tokoh terkait rejim Ben Ali agar dicopot dari pemerintahan yang baru dan partainya RCD yang kokoh dibubarkan.
Presiden AS Barack Obama mengatakan dalam sebuah pidato Selasa bahwa di Tunisia "kehendak rakyat terbukti lebih kuat daripada perintah seorang diktator."
"Dan malam ini, biar kita menjadi jelas: Amerika Serikat berpihak kepada rakyat Tunisia, dan mendukung aspirasi demokratis seluruh rakyat."
Komentarnya muncul setelah ribuan orang turun ke jalan-jalan di Mesir guna menyarankan pemberontakan melawan Presiden Hosni Mubarak sama dengan hal serupa di Tunisia.
Empat orang terbunuh selama reli, yang terbesar sejak kerusuhan menyangkut subsidi roti mengguncang negara terpadat dunia Arab itu pada 1977.
Kelompok oposisi Mesir menyarankan hari kedua protes Rabu, sementara kementerian dalam negeri mengatakan reli lebih lanjut apapun dilarang.
Asisten Menteri Luar Negeri AS Jeffrey Feltman, pejabat teras AS bidang Timur Tengah, sementara mengunjungi Tunis guna menekankan pemilu demokratis.
Negara-negara Arab lain harus melaksanakan reformasi sesudah "contoh" Tunisia, katanya.
"Saya pikir terdapat potensi nyata sekarang bagi hubungan AS-Tunisia yang lebih hangat, saling menguntungkan yang akan muncul khususnya sesudah pemilu yang demokratis," katanya kepada para wartawan Selasa sesudah pembicaraan dengan empat menteri.
Ratusan dan kadang-kadang ribuan pengunjuk rasa di Tunis terus melakukan protes harian dan kebanyakan damai terhadap pemerintah sejak minggu lalu.
"Lawan Pemerintah," teriak para pemrotes dalam reli Rabu, yang telah menolak jam malam dan larangan berkumpul di muka umum.
Bassem El Barouni, seorang pemuda dalam kerumunan, mengatakan: "Kami hanya punya satu tuntutan. Pemerintah harus jatuh. Mereka semua harus pergi.
"(Perdana Menteri Mohammed) Ghannouchi harus pergi dulu." Serikat Buruh utama UGTT, yang telah memimpin oposisi melawan pemerintah baru, mengatakan pemogokan umum juga berlangsung di kota kedua Tunisia, Sfax.
Banyak dari para pengunjuk rasa di Tunis tersebut tiba Minggu dari wilayah-wilayah miskin di Tunisia tengah tempat demonstrasi sosial melawan Ben Ali pecah bulan lalu.
Pemerintah telah mengumumkan bantuan ekonomi untuk wilayah tersebut dan kompensasi bagi keluarga lusinan orang yang terbunuh oleh pasukan keamanan Ben Ali.
Juga timbul tanda-tanda kemarahan diantara banyak warga Tunisia terhadap gejolak kacau yang mengikuti setelah lengsernya Ben Ali.
Terdapat protes condong ke pemerintah dan seruan agar kembali ke aktivitas ekonomi normal di berbagai bagian negara Afrika utara itu.
Banyak sekolah dan universitas tetap tutup meskipun terdapat perintah agar buka kembali.
Kantor-kantor UGTT, General Union of Tunisian Workers, juga telah diserang di kota-kota seperti Beja, Gafsa, Kasserine, Mehdia dan Monastir.
Tunisia telah mengumumkan kebebasan demokratis yang belum pernah ada namun Ghannouchi, yang telah menjadi perdana menteri sejak 1999, telah mengatakan dia akan bertahan sampai pemilu.
Pemerintah mengatakan 78 orang meninggal selama protes anti-Ben Ali; Rabu mengatakan bahwa 71 tahanan juga tewas dalam huru-hara belakangan. (ANT/K004)
Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011