Banda Aceh (ANTARA) - Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh menyelenggarakan konferensi internasional tentang studi islam dan pembangunan berkelanjutan, dibuka oleh Wakil Menteri Agama Dr Zainut Tauhid Sa’adi .
"Pergelaran ICIS ini dapat memberikan manfaat bagi penguatan program-program di lingkungan Kementerian Agama sendiri," kata Dr Zainut Tauhid Sa’adi saat membuka acara secara virtual, dari Jakarta, Senin.
Baca juga: OKI dukung konferensi Jenewa tentang Suriah
Kegiatan International Conference on Islamic Studies (ICIS) yang bertajuk islam and sustainable development selama dua hari pada 4-5 Oktober 2021 ini diisi Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mantan Wakil Presiden M Jusuf Kalla dan Wakil Presiden Indonesia K H Ma’ruf Amin sebagai pembicara utama.
Zainut berharap kegiatan konferensi tahunan yang diselenggarakan UIN Ar-Raniry Banda Aceh ini dapat melahirkan suatu rekomendasi penting bagi pembangunan masyarakat Islam di Indonesia, apalagi Aceh merupakan kawasan Serambi Mekkah yang sangat terkenal dengan kebudayaan Islam-nya.
Zainut mengatakan, dirinya sering menegaskan kepada para pimpinan kampus bahwa transformasi tidak semata dipahami sebagai peningkatan anggaran atau penambahan jumlah prodi belaka.
Tapi lebih dari itu, perguruan tinggi islam hijrah dari penekanan awal sebagai lembaga dakwah ilmu agama, menjadi institusi yang memiliki tradisi riset baik, menjadi kampus yang mampu mengintegrasikan ilmu keislaman dengan sains dan teknologi.
"Serta menjadi rumah yang nyaman bagi dosen dan peneliti untuk menghasilkan temuan berkualitas, sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pengetahuan dan keilmuan global,” ujarnya.
Baca juga: Uhamka gelar konferensi Islam moderat internasional
Sementara itu, Ketua Pelaksana ICIS 2021, Dr Abdul Manan menjelaskan bahwa konferensi internasional ini diharapkan mampu memberi pencerahan kepada masyarakat, pemerintah daerah, para akademisi untuk menggali ide serta gagasan tentang pembangunan untuk Aceh kedepan guna menyongsong 2045 dan Visi Aceh Hebat mengejar ketertinggalan.
“Kegiatan ICIS ini diikuti oleh seribu lebih peserta baik sebagai peserta aktif maupun pemakalah. Turut dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional, para menteri era SBY, Forum Rektor PTN/PTKIN se Indonesia,” kata Abdul Manan.
Baca juga: Tiga tokoh intelektual Islam Indonesia berkunjung ke Yordania
Selain menghadirkan tiga narasumber utama, konferensi tahunan ini juga menghadirkan pembicara lainnya seperti Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional RI Sofyan Djalil, Menteri Agama RI periode 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin, Ketua Taman Iskandar Muda, Jakarta Surya Dharma serta akademisi dan peneliti dari Fatoni University Prof Sukree Lungputeh, Prof Amin Abdul Aziz dari Universiti Brunei Darussalam.
Kemudian, dihadiri Prof Mohd Sobhi bin Ishak dari Universiti Kebangsaan Malaysia, Prof Wen Chin Ouyang dari SOAS University of London, dan Prof Adham Hamawiya dari Al-Baath University of Suriah.
Baca juga: Negara OKI diharap antisipasi dampak ekonomi digital
Dalam materinya, Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono berpesan agar rakyat Aceh terus menjaga perdamaian yang kini telah terbangun.
"Mengapa kita harus menjadi perdamaian dan kedamaian di Aceh ini. Saya kira semua tahu bahwa jalan yang kita tempuh dulu amat panjang dan tidak mudah, untuk mengakhiri konflik di Aceh dan mewujudkan perdamaian. 30 tahun kita berikhtiar dan tidak berhasil," kata SBY.
Selanjutnya, Wakil Presiden Indonesia KH Ma’ruf Amin menuturkan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah ilmu yang ditawarkan sebagai solusi atas kerusakan lingkungan yang terjadi sebagai dampak negatif kegiatan manusia, termasuk aktivitas di bidang ekonomi yang tidak memperhatikan kepentingan lingkungan hidup.
“Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan yaitu dilaksanakan dengan menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial dan kelestarian ekosistem pendukungnya. Diharapkan terwujud kesejahteraan bagi masyarakat dari satu generasi ke generasi selanjutnya," kata KH Ma’ruf Amin.
Wapres menambahkan, prinsip-prinsip berkelanjutan juga menjadi dasar dalam ekonomi dan keuangan syariah sebagai jalan untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan masyarakat.
Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2021