"Keenam faktor pendorong ini merupakan kekuatan pengubah bagi model bisnis sehingga organisasi mau tidak mau harus menyesuaikan cara mereka menjalankan bisnisnya jika tidak ingin kehilangan daya saing," kata Achmad S Sofyan, Presiden Direktur Fujitsu Indonesia, dalam media gathering di Hardrock Hotel, Kuta, Selasa (25/1).
Bisnis akan melakukan konsolidasi aset TI mereka yang sudah ada saat ini untuk mendapatkan nilai lebih sekaligus meningkatkan efisiensi dan konsistensi. Produk dan layanan TI akan semakin menjadi produk komoditas yang siap pasang dan siap pakai sehingga bisnis menjadi lebih lincah dan komponen biaya semakin transparan.
Teknologi web dan akses yang semakin baik akan mendorong interaksi yang lebih dalam, menuju kolaborasi antar pengguna sehingga lebih produktif.
Sementara menyangkut konsumerisasi, kini peranti-peranti teknologi konsumenlah yang lebih berperan dan menjadi faktor pendorong ketika bisnis melakukan pilihan teknologi. Mengenai konservasi yang dimaksud adalah regulasi, citra dan etika perusahaan mendorong pemanfaatan TI Hijau (ramah lingkungan).
Bagi compliance (kepatuhan) berhubungan dengan peran teknologi yang semakin besar bagi kehidupan manusia, yang memunculkan berbagai peraturan, standar, dan undang-undang baru.
Fujitsu menjelaskan the six c ini akan mengubah berbagai aspek teknologi seperti layanan terkelola,infrastruktur, virtualisasi desktop, TI hijau, komputasi awan dan layanan aplikasi.
Menurut Fujitsu, implikasi terbesar dalam tren piranti lunak adalah semakin mnegecilnya "cost of failure". Untuk mengimplementasikan aplikasi yang membutuhkan waktu berbulan-bulan, di masa depan akan semakin cepat dalam hitungan hari.
Hal itu memungkinkan pengguna bisnis untuk bereksperimen dengan bebas dan melakukan testing secara real time sehingga siklus inovasi bisnis akan semakin cepat.
(ENY/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011