Mimika (ANTARA) - Pelatih tim bola basket putri Papua Jamin Mattotoran menyebut bahwa salah satu penyebab utama skuadnya tersingkir dari PON XX Papua adalah kurangnya jam terbang.
"Sebenarnya, anak-anak sudah bermain maksimal. Namun kami kalah jam terbang," ujar Jamin di Mimika Sport Complex, Mimika, Senin.
Tim putri Papua tak bisa melaju ke babak selanjutnya lantaran selalu kalah pada laga Pool Y. Papua takluk dari Sulawesi Selatan dan, terkini, Senin (4/10), tunduk dari DKI Jakarta dengan skor telak 30-85.
Baca juga: Tim basket putri DKI Jakarta lolos semifinal usai bekuk Papua 85-30
Meski demikian, Jamin menegaskan bahwa kalah pengalaman bukan berarti Papua kalah dari segi performa.
Para pemainnya, kata dia, merupakan sosok-sosok muda berbakat yang membutuhkan waktu untuk mengembangkan kemampuan. Bahkan ada beberapa dari antara mereka yang diproyeksikan untuk mengikuti PON tahun 2024.
"Saya percaya pemain Papua, baik putra maupun putri, mempunyai potensi. Sekarang hanya tinggal memberikan mereka kesempatan untuk mencari pengalaman dan jam terbang," tutur Jamin.
Baca juga: Pelatih basket Papua hargai perjuangan tim setelah kalah dari Sulsel
Pemain Papua Aprilia Atav juga setuju dengan masukan pelatih agar mereka tak berhenti menimba ilmu serta pengalaman.
Hal itu, menurut Aprilia, mesti dilakukan agar atlet-atlet Papua dapat membawa prestasi terbaik bagi masyarakat Papua dan, tentunya, Indonesia.
"Kami harus terus berlatih dan membuat yang terbaik," kata dia.
Pada cabang olahraga bola basket, Papua tampil di bola basket 5x5 dan 3x3. Jika tim bola basket 5x5 putri sudab dipastikan tersingkir, tim putra Papua selalu kalah pada dua laga Pool B dan masih menyisakan dua laga lagi.
Di bola basket 3x3, yang berlangsung mulai 12 Oktober 2021, Papua berlaga di nomor putra dan putri.
Tim putra Papua berada di Grup A bersama Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah. Adapun putri berlokasi di Grup B dengan DKI Jakarta, Sumatera Barat dan Kalimantan Barat.
Baca juga: Tim basket putri Jawa Timur tundukkan Jawa Tengah 65-51
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021