Mereka direkrut, dicuci otaknya, dipengaruhi, diajari melanggar hukum, dan mengancam jiwa orang banyak

Klaten (ANTARA News) - Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Irjen Pol Edward Aritonang, mengatakan, tujuh tersangka yang berhasil diungkap oleh polisi diduga pelaku teror bom rakitan di delapan lokasi.

"Dari delapan TKP yang dapat diungkap oleh polisi, tujuh tersangka adalah pelakunya. Hal ini dari hasil pemeriksaan sidik jari dan sejumlah barang bukti," katanya di Klaten, Selasa petang.

Ketujuhnya adalah Agung (20), Nugroho Budi Santoso, Tri Budi Santoso (20), Yuda Anggoro (21), dan Robi Aprestanto (21), kelimanya alumni sebuah SMK di Klaten, kemudian Arga Wiratama (18) dan Joko Lelono (19), keduanya pelajar sebuah SMK di Klaten.

Delapan tempat kejadian terdaluhu yang membuat mereka terungkap sebagai pelaku teror itu adalah Pos Polisi Lalu Lintas Klaten depan Rumah Sakit Islam, Pos Lantas Krawang Delanggu.

Kemudian, Gereja Kopel Polanharjo Klaten, Gereja Kristen Jawa Ketandan Klaten, Gua Maria Sleman, Yogyakarta, Masjid Delanggu, Klaten, dan lapangan upacara tradisi Yaqowiyu, Jatinom, Klaten.

Ketujuh tersangka terlibat jarigan terorisme tersebut telah ditangkap, sementara rangkaian barang bukti seperti di beberapa tempat kegiatan sejak 1 Desember 2010 juga telah disita.

Para tersangka ditangkap diDukuh Merbung, Krapyak, Klaten Selatan, Desa Buntulan, Kecamatan Klaten Selatan, Desa Karang Pakel, Kecamatan Trucuk, Desa Mutihan, Kecamatan Gantiwarno, Klaten, dan Dusun Tegal Baru, Kelurahan Waru, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.

"Tujuh ditangkap di beberapa lokasi di Surakarta. Polisi juga menemukan rangkaian peralatan yang terkait dan persiapan lanjutan kegiatan itu," katanya.

Ia menjelaskan, saat mereka ditangkap, didapati pula sejumlah barang bukti berupa alat-alat dan bahan merakit bom seperti jam weker, detonator, serbuk bahan peledak, paku, gotri, batu baterai, adaptor.

Jumlah seluruh barang bukti ada 60 jenis.

"Bom rakitan yang dibuat mereka yang dipasang di Klaten, semuanya tidak dapat meledak," katanya.

Ia mengatakan, polisi sedang menyelidiki penyokong dana dan asal kelompok mereka.

"Kami yakin mereka tidak berdiri sendiri. Mereka direkrut, dicuci otaknya, dipengaruhi, diajari melanggar hukum, dan mengancam jiwa orang banyak," kata Edward.

Polisi juga menyelidiki apakah mereka melakukan eksperiman sendiri atau bersama kelompok lain.(*)

B018/M029

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011