Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (Depinas SOKSI) Ade Komarudin mengutuk tindakan anarkis aparat kepolisian terhadap Ketua Umum PB HMI, Nur Fajriansyah maupun para pengunjuk rasa dari elemen mahasiswa kelompok Cipayung saat berdemo di depan Istana Negara.
"Saya kira tidak sepantasnya aparat kepolisian bersikap seperti itu, apalagi yang dilakukan mahasiswa. Barangkali demo yang mereka lakukan hanya untuk menyampaikan aspirasi, tapi bukan harus dibalas dengan tindakan anarkis," kata Ade Komarudin kepada wartawan di Gedung DPR RI, Senin.
Sebelumnya aksi demo HMI di depan Istana Negara berakhir ricuh ketika aparat keamanan melakukan tindakan anarkis dengan menangkapi para demonstran.
Lebih lanjut Ade mengaku percaya para demonstran tidak akan melakukan tindakan anarkis kalau tujuannya untuk menyampaikan aspirasi saja.
Menurut Ade Komarudin, aparat kepolisian seharusnya lebih bersikap preventif dan elegan dalam menghadapi aksi demo mahasiswa, bukan dengan tindakan represif dan anarkis.
"Ini kan aneh, kok aparat memberikan contoh bersikap anarkis. Kalau perlu, mereka yang demo itu bisa diajak berdialog dengan cara meminta perwakilan mahasiswa yang sedang menyampaikan aspirasinya," katanya.
Koordinator Lapangan Hendriono juga mengutuk tindakan anarkis aparat yang telah bertindak kasar dan memperlakukan mahasiswa secara tidak bermoral.
"Saya kira, baru kali ini dalam sejarah HMI, ketua umumnya dinjak-injak aparat kepolisian karena sejak Akbar Tandjung dan Anas Urbaningrum, belum ada demo HMI diinjak-injak aparat secara sadis dan brutal," kata Hendriono.
Menurut Hendriono, karena Ketua Umum PB HMI sudah diinjak-injak, pihaknya akan melakukan aksi pembalasan untuk menggalang massa yang lebih besar lagi di seluruh Indonesia.
"Beberapa aktivis HMI akan menggalang solidaritas melakukan aksi balasan di seluruh Indonesia, apalagi tindakan anarkis dan represif kepolisian itu sudah terlihat di televisi. Karena itu, perilaku aparat kepolisian secara brutal ini sudah melanggar HAM dan kalau perlu kami laporkan ke Mahkamah Internasional," katanya.
Sementara itu, Ketua Umum PB HMI Nur Fajriansyah menyatakan, dirinya mengutuk keras tindakan represif aparat keamanan yang telah meginjak-injak dirinya, apalagi jabatan Ketua Umum PB HMI adalah simbol kebesaran organsasi yang sudah dihina oleh polisi.
"Saya tidak terima perlakuan anarkis yang dilakukan kepolisian dan akan menuntutnya," katanya.
Kericuhan bermula pada saat pengunjuk rasa, yang berjumlah sekitar 500 mahasiswa, menerobos ring satu Istana Negara. Aksi saling dorong tak terelakkan, meski beberapa mahasiswa berhasil menerobos. Pada saat itulah, beberapa mahasiswa dari PB HMI, termasuk ketua umumnya Nur Fajriansyah diinjak-injak aparat keamanan, sedangkan pengunjuk rasa lainnya dipukuli, meski dengan tangan kosong.
Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ton Abdillah Haz juga menyesalkan tindakan represif dari aparat keamanan. Pasalnya, dua pengunjuk rasa, Hengky F Mattan, akvitis Liga Mahasiswa Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi dan Tigor Hutapea dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia ditangkap.
Sedangkan beberapa pengunjuk rasa mengalami tindakan represif dari aparat. Mereka adalah Ahmad Latupono, aktivis HMI MPO, Ogi aktivis Liga Mahasiswa Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi, Aldo, Nur Fajri, ketua umum PB HMI), dan Kiki dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Trisakti. Tak hanya itu, Ahmad Nurhidayat, Zaidi Basiturrazak, Baits Diponegoro, Supriadi Djae, Iswan dan Karim dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Gusti Persatuan Mahasiswa Kristren Republik Indonesia dan sopir mobil sound sistem juga mengalami hal yang sama.(J004/D011/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011
knp aparat seperti ini masih terus dipelihara??