Kathmandu (ANTARA News) - Satu harimau liar yang cedera dan keluyuran ke tempat pelancongan di Nepal telah dipindahkan ke tempat tinggal baru di hutan. Perkembangan kondisinya dipantau lewat satelit melalui pelacak yang dipasang di tubuhnya, demikian keterangan pemerintah.

Harimau tersebut, jantan dewasa, ditangkap setelah hewan itu keluyuran ke dalam tempat pelancongan di pinggiran taman nasional Chitwan di bagian selatan Nepal, objek wisatawan utama, dan dirawat sampai sehat oleh petugas taman, sebagaimana dikutip dari AFP.

Hewan itu kemudian dibawa sejauh 600 kilometer bersama satu tim pengurus dan pelestari hewan dengan menggunakan truk khusus ke hutan terpencil di Bardia, Nepal barat, tempat hewan tersebut dilepaskan pada Sabtu (22/1).

Harimau itu, yang diberi nama Namobuddha oleh pengelola taman nasional, telah dipasangi alat khusus yang berisi sistem pelacak GPS yang akan memungkinkan ilmuwan memantau seberapa baik hewan tersebut bisa menyesuaikan diri dengan tempat tinggal barunya.

Pemerintah menyatakan gagasan itu, yang dilancarkan dengan bantuan para ahli dari WWF, juga akan membantu meningkatkan pemahaman mengenai bagaimana hewan yang terancam punah bertingkah di alam lepas.

"Translokasi ini --yang pertama di Nepal-- adalah contoh nyata mengenai komitmen kami untuk menyelamatkan harimau liar dengan menggunakan ilmu pengetahuan terbaik yang ada," kata Deepak Bohara, Menteri Kehutanan dan Pelestarian Lahan.

Proyek itu adalah bagian dari upaya Nepal untuk melipat-gandakan populasi harimau Royal Bengal, yang dulu berkeliaran dalam jumlah banyak di dataran rendah di bagian selatan negeri tersebut. Tapi populasi hewan tersebut telah merosot tajam oleh perburuan gelap dan pengrusakan habitat mereka.

Satu suvei WWF pada 2008 cuma menemukan 121 harimau dewasa dalam usia berkembang-biak di negeri itu.

Krishna Acharya, pemimpin pelestarian margasatwa dan taman nasional di Nepal, mengatakan Bardia adalah rumah ideal buat hewan tersebut sebab wilayah itu memiliki ukuran yang besar, banyak memiliki korban buat hewan tersebut dan tingkat perburuan gelap yang relatif rendah.

"Nepal adalah salah satu negara di dunia tempat prospek pelipat-gandaan populasi harimau sangat bagus, jika harimau diberi perlindungan yang layak, korban dan ruang yang cukup," tambahnya.

Banyak ahli megnatakan kemiskinan dan ketidak-stabilan politik di Nepal telah menciptakan kondisi ideal bagi pemburu gelap yang membunuh binatang untuk diambil kulit, daging dan tulangnya --yang memiliki nilai tinggi di bidan obat tradisional China.

WWF menyatakan harimau menghadapi ancaman kepunahan serius di alam lepas. Selama 100 tahun belakangan, jumlah hewan itu telah merosot sampai 95 persen, dari 100.000 pada 1900 jadi sebanyak 3.200 harimau, kata badan dunia tersebut.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011