Pameran foto tentang orang-orang Singkawang ini membuat kita bersyukur bahwa kita hidup di negara demokratis

Jakarta (ANTARA News)- Demi menggambarkan kekayaan budaya Indonesia yang majemuk, Sabtu di pekan ini, Galeri Foto Jurnalistik Antara menggelar pameran foto bertema 'Memoar Orang-Orang Singkawang' di Gedung Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta.

Pameran tersebut menampilkan 152 karya foto hasil jepretan tujuh fotografer kenamaan nan kawakan yang tergabung dalam Liga Merah Putih.

Mereka adalah Oscar Matuloh, Jay Subyakto, Yori Antar, Syaiful Boen, John Suryaadmadja, Enrico Soekarno, Astafarinal St. Rumah Gadang, dan Julian Sihombing.

"Pameran ini merupakan sebuah usaha untuk berbagi cerita tentang budaya orang-orang Singkawang, untuk menunjukan bahwa mereka adalah bagian dari kemajemukan kita," kata Oscar yang juga bertindak sebagai kurator dalam pameran itu.

Yang membuat pameran ini unik, sambung Oscar, adalah upayanya dalam mencoba menggali cerita tentang orang-orang Singkawang yang tersingkir dari kampung halamannya dan harus pergi ke negeri leluhur mereka, China, akibat gejolak politik di era 1960an.

"Pameran ini juga bercerita tentang kisah penyingkiran mereka," jelas salah seorang mahaguru foto jurnalistik yang dimiliki Indonesia ini.

Oscar lalu memaparkan bahwa dalam pameran ini, foto-foto yang ditampilkan dibagi dalam dua bagian. Yang pertama bercerita tentang kehidupan orang-orang Singkawang yang hidup di Guangdong, China, sedangkan yang kedua melukiskan kebudayaan yang berkembang di Singkawang saat ini.

Selain memamerkan foto-foto artistik, pameran foto yang menjadi bagian dari Festival Cap Go Meh Singkawang 2011 itu juga menyajikan tarian-tarian multietnik Tidayu (Tionghoa, Dayak, Melayu), aksi Tatung, dan hiburan dari beberapa band kenamaan.

Rupanya, pameran ini tidak hanya menjadi magnet untuk peminat dan pecinta fotografi, masyarakat dan tokoh nasional yang bukan pecinta fotografi pun ikut menikmatinya, bahkan Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu menyebutnya sebagai momentum merayakan demokrasi di Indonesia.

"Pameran foto tentang orang-orang Singkawang ini membuat kita bersyukur bahwa kita hidup di negara demokratis," kata Marie saat membuka pameran yang digelar hingga 28 Januari itu.

Menurutnya, pameran yang mengedepankan kebudayaan orang-orang Tionghoa yang digelar menyambut hari raya tahun baru Imlek tersebut kini dapat dirayakan secara terbuka berkat perubahan Indonesia menuju negara yang demokrasi sejak era reformasi.

"Para pemimpin kita telah membawa negara ini menuju perubahan, jika dulu Imlek dirayakan dengan sembunyi-sembunyi kini kita bisa merayakan secara terbuka," kata Marie menerangkan.

Marie berharap pameran itu kian semakin mengembangkan toleransi antarbudaya dan etnis di negara majemuk seperti Indonesia.

"Dengan pagelaran budaya ini diharapkan semangat toleransi semakin berkembang di tengah bangsa ini," tegas Marie. (*)


Pewarta: Liberty Jemadu
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011