London (ANTARA News) - Presiden Serbia, Boris Tadic, berharap bisa berkunjung ke Jakarta dan menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, maupun sebaliknya menerima kunjungan Presiden Yudhoyono ke Beograd, Serbia.
Harapan itu disampaikan Presiden Boris Tadic saat menerima Dubes RI Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Serbia, Semuel Samson, saat menyerahkan surat kepercayaan di Istana Kepresidenan Serbia.
Sekretaris Tiga Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beograd, Ance Maylany, dalam keterangannya kepada ANTARA News London, Minggu, mengatakan bahwa penyerahan surat kepercayaan berlangsung hikmat itu, Presiden Serbia tampil bersahaja dengan kaki yang masih cedera, dibalut gips dan ditopang alat bantu untuk berdiri. Hal itu memperlihatkan kepemimpinan bertanggung jawab dan kewajiban menunaikan tugas dalam kondisi apapun.
Setelah penyerahan surat kepercayaan, Duta Besar RI bertemu secara bilateral dengan Presiden Serbia guna membahas berbagai hal yang perlu dicapai ke depan antar kedua negara.
Dubes didampingi pejabat KBRI Beograd, sementara Presiden Serbia didampingi Direktur Jenderal Kerjasama Bilateral Kemlu Serbia - Zdravko Ponos, Penasihat Kebijakan Luar Negeri Presiden sekaligus sebagai Kepala Tim Kebijakan Luar Negeri - Jovan Ratkovic, dan Kepala Kabinet Militer (Chief of the Army Cabinet of the Minister), Dragan Radulovic.
Menurut Ance Maylany , penyerahan surat kepercayaan sebagai ketentuan dalam Konvensi Wina yang mengatur tentang hubungan diplomatik antar Negara, sedianya dijadwalkan awal Desember 2010, satu bulan sejak Duta Besar RI tiba di Beograd.
Namun, kegiatan itu sempat tertunda lantaran menjelang agenda tutup tahun 2010, kunjungan Presiden Tadic ke beberapa negara Balkan untuk menggalang kerja sama se-kawasan, pemenuhan jadwal proses integrasi Serbia ke Uni Eropa serta pelaksanaan Pemilu di Kosovo - tanggal 12 Desember lalu.
Dinamika politik internal sebagai negara demokrasi baru dengan pemerintahan koalisi lintas partai politik, salah satunya adalah pelaksanaan kongres partai-partai utama koalisi pemerintahan termasuk Partai Demokrat Serbia (Demokratska Stranka/DS), pimpinan Presiden Boris Tadic.
Ia terpilih kembali memimpin partai tersebut dan keharusan Presiden Tadic untuk menjalani operasi akibat cedera pada kakinya karena aktivitas olahraga, menyebabkan jadwal penyerahan surat kepercayaan tertunda hingga Januari 2011.
Dubes RI untuk Republik Serbia mendapat kesempatan pertama menyerahkan surat kepercayaan, kemudian diikuti Dubes Hongaria, Inggris, Irlandia dan Uni Emirat Arab.
Percakapan antara Duta Besar RI dan Presiden Serbia berlangsung selama 30 menit, lebih lama 20 menit dari alokasi waktu yang dialokasikan. Hal ini memberikan pertanda tentang penghormatan dan kualitas hubungan baik yang telah terjalin sejak dahulu kala antara Indonesia dengan Serbia/Yugoslavia.
Hal menarik dari pertemuan Duta Besar RI dengan Presiden Serbia adalah bahwa pertemuan "dipandu" dengan buku yang dipersiapkan Tim KBRI Beograd untuk dibagikan kepada Presiden Boris Tadic dan para pendampingnya.
Buku tersebut menjelaskan posisi strategis kedua Negara, kualitas hubungan antar-kedua negara selama ini dalam berbagai bidang dan sektor serta agenda-agenda terukur yang hendak dicapai ke masa depan.
Presiden Tadic sangat terkesan dan memberikan apresiasi atas kupasan materi dalam buku tersebut, sehingga percakapan penyerahan surat kepercayaan yang biasanya sangat formal dan umum, menjadi bersifat fokus dan terukur layaknya suatu "pertemuan bisnis".
Pada 2011, bersamaan dengan Indonesia menjadi ketua ASEAN, akan diperingati 50 tahun usia Gerakan Non Blok (GNB), yang dijadwalkan akan dilaksanakan di Indonesia pada Mei dan di Serbia pada September 2011, untuk memperingati Sidang Non Blok pertama pada 1961 di Beograd - Yugoslavia. Indonesia bersama Yugoslavia, Mesir dan India yang merupakan pemrakarsa utama berdirinya GNB.
KBRI di Beograd dibuka sejak 1956, di mana tanah untuk pembangunan gedung KBRI dan Wisma Duta yang ditempati saat ini merupakan hasil dari persaudaraan dan persahabatan kedua kepala negara yaitu Presiden Sukarno dan Presiden Soeharto dengan Presiden Josip Broz Tito, sehingga Indonesia menjadi satu-satunya negara yang diberikan keistimewaan membangun kantor kedutaan di area eksekutif di Beograd.
Pertemuan Duta Besar RI dengan Presiden Serbia berlangsung dengan sangat bersahabat, dilanjutkan kunjungan penghormatan Dubes ke monumen para pejuang Yugoslavia yang wafat saat Perang Dunia I yang diberi nama "Tomb of the Unknown Soldier" yang dibangun oleh Raja Aleksander I.
Pada malam harinya Dubes RI bersama masyarakat Indonesia dan "Friends of Indonesia" di Serbia menyelenggarakan syukuran sederhana di Wisma Duta KBRI Beograd.
Menurut Ance Maylany, tidak banyak orang di Indonesia yang tahu dimana itu Serbia, atau bagaimana keadaan di Serbia. Umumnya publik Indonesia lebih mengira Serbia adalah Siberia di Rusia.
Serbia adalah salah satu negara pecahan Yugoslavia di kawasan Balkan atau Eropa selatan - tengah, bersama-sama dengan negara Slovenia, Kroasia, Bosnia, Montenegro, dan Macedonia, yang dulu bersatu dalam wadah negara besar dan berpengaruh di kawasan Eropa dan dunia yaitu negara Federal Yugoslavia, demikian Ance Maylany.(T.H-ZG/S004/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011