New York (ANTARA) - Saham-saham Wall Street melonjak pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), memasuki kuartal terakhir tahun ini dengan sentimen beli didorong oleh data ekonomi yang positif, kemajuan dalam pertempuran melawan COVID, serta perkembangan Washington tentang kemungkinan pengesahan RUU infrastruktur.
Indeks Dow Jones Industrial Average melambung 482,54 poin atau 1,43 persen, menjadi menetap di 34.326,46 poin. Indeks S&P 500 bertambah 49,50 poin atau 1,15 persen, menjadi berakhir di 4.357,04 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup menguat 118,12 poin atau 0,82 persen, menjadi 14.566,70 poin.
Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor energi dan jasa-jasa komunikasi masing-masing terangkat 3,3 persen dan 1,78 persen, melampaui sisanya. Sementara itu, sektor perawatan kesehatan satu-satunya kelompok yang menurun terbebani penurunan 11,4 persen saham pembuat vaksin COVID Moderna Inc.
Ketiga indeks utama saham AS bergerak naik-turun di awal sesi, tetapi mulai ke tren lebih tinggi pada sore hari, dipimpin oleh saham-saham siklikal yang sensitif secara ekonomi.
Reli mendapatkan momentum setelah Gedung Putih mengumumkan Presiden AS Joe Biden semakin terlibat dalam negosiasi mengenai RUU belanja infrastruktur yang sedang diperdebatkan di Capitol Hill.
Meski begitu, ketiga indeks berakhir di bawah penutupan Jumat lalu (24/9/2021), jatuh antara 1,4 persen dan 3,2 persen, dengan indeks S&P 500 dan Komposit Nasdaq membukukan persentase penurunan mingguan terbesar sejak Februari.
“Ada pemulihan berbasis luas hari ini. Pasar tidak terpaku hari ini pada pajak baru atau tapering," kata David Carter, kepala investasi di Lenox Wealth Advisors di New York.
"Dalam pergeseran dari beberapa minggu terakhir tidak ada berita besar dari Washington, sehingga pasar dipaksa untuk fokus pada data ekonomi positif dan pengobatan baru COVID."
Merck & Co Inc mengungkapkan bahwa sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan obat oral eksperimental untuk COVID-19 mengurangi risiko kematian dan rawat inap sekitar 50 persen, membuat sahamnya melonjak 8,4 persen dan meningkatkan sentimen pembukaan kembali ekonomi.
Sementara Biden menandatangani menjadi undang-undang RUU darurat untuk menjaga pemerintah tetap berjalan hingga 3 Desember, anggota parlemen hanya berhasil menunda menghadapi masalah yang sulit.
Kurangnya resolusi ini mendorong lembaga pemeringkat Fitch untuk memperingatkan bahwa peringkat kredit 'AAA' Amerika Serikat dapat berisiko.
"Pasar tidak percaya utang akan diturunkan peringkatnya atau kesepakatan plafon utang tidak akan tercapai, tetapi masih menambah ketidakpastian yang selalu menjadi masalah bagi pasar," tambah Carter.
Sejumlah data ekonomi yang dirilis pada Jumat (1/10/2021) menunjukkan peningkatan belanja konsumen, aktivitas pabrik yang kian cepat dan pertumbuhan inflasi yang meningkat, yang dapat membantu mendorong Federal Reserve AS untuk mempersingkat waktunya untuk memperketat kebijakan moneter yang akomodatif.
Presiden Fed Philadelphia, Patrick Harker mengulangi pandangannya yang diungkapkan dalam pidatonya pada Rabu (29/9/2021) bahwa dia yakin bank sentral harus mulai mengurangi pembelian asetnya "segera," tetapi menegaskan kembali bahwa dia tidak memperkirakan untuk menaikkan suku bunga utama hingga akhir tahun depan atau awal 2023.
Optimisme ekonomi mendorong value stock - saham yang harganya berada di bawah nilai intrinsiknya - mengungguli saham pertumbuhan, serta saham transportasi dan kapitalisasi kecil berjalan lebih baik daripada pasar yang lebih luas.
Volume transaksi di bursa AS mencapai 11,02 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 10,70 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.
Baca juga: IHSG akhir pekan ditutup melemah dipicu aksi ambil untung
Baca juga: Emas naik moderat ditopang pelemahan dolar dan kekhawatiran inflasi
Baca juga: Minyak menguat ke dekat level tertinggi 3 tahun jelang pertemuan OPEC+
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021