Quetta, Pakistan (ANTARA News) - Orang-orang bersenjata hari Jumat menyerang sejumlah kendaraan yang membawa perbekalan NATO ke Afghanistan. Mereka membakar tiga truk dan melukai dua orang dalam tiga insiden di Pakistan baratdaya, kata beberapa pejabat.

Serangan pertama terjadi di kota Qalat, 160 kilometer sebelah selatan Quetta, ibukota provinsi bergolak Baluchistan yang kaya minyak dan gas yang berbatasan dengan Iran dan Afghanistan.

"Tiga orang yang naik sepeda-motor menyergap tiga truk minyak, menyiramkan bensin dan membakarnya," kata pejabat kepolisian setempat Lal Jan kepada AFP.

Dalam insiden kedua, dua orang membakar sebuah truk minyak lain NATO di distrik Mastung, 40 kilometer sebelah selatan Quetta, kata Jan.

Pejabat senior pemerintah daerah Saeed Umrani juga mengkonfirmasi insiden itu dan mengatakan, tidak ada korban jiwa dalam kedua insiden tersebut.

Orang-orang bersenjata juga menyerang sebuah kendaraan yang membawa perbekalan NATO di kota Wadh, 370 kilometer sebelah selatan Quetta, dan melepaskan tembakan yang melukai supir dan keneknya setelah kendaraan itu menolak berhenti, kata seorang polisi kepada AFP.

Insiden-insiden itu terjadi beberapa hari setelah gerilyawan membakar 16 truk minyak NATO di kota wilayah baratdaya, Dera Murad Jamali.

Taliban Pakistan mengklaim serangan-serangan semacam itu dilakukan sebagai pembalasan atas serangan udara AS terhadap gerilyawan di kawasan suku Pakistan.

AS pada 2010 menggandakan serangan rudal di kawasan suku Pakistan, dan lebih dari 650 orang tewas dalam sekitar 100 serangan sepanjang tahun itu.

Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al-Qaeda di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.

Sejumlah pejabat Pakistan melaporkan, sedikit-dikitnya 21 serangan pesawat tak berawak AS menewaskan sekitar 120 orang pada September, bulan paling mematikan dalam serangan semacam itu.

Ratusan orang tewas dalam puluhan serangan sejak 3 September, yang menyoroti ketegangan dengan Islamabad terkait dengan kecaman AS karena sejauh ini Pakistan tidak melancarkan ofensif darat ke Waziristan Utara.

Pejabat-pejabat AS mengatakan, pesawat tak berawak merupakan senjata sangat efektif untuk menyerang kelompok militan. Namun, korban sipil yang berjatuhan dalam serangan-serangan itu telah membuat marah penduduk Pakistan.

Lebih dari 1.150 orang tewas dalam lebih dari 140 serangan pesawat tak berawak di Pakistan sejak Agustus 2008, termasuk sejumlah militan senior. Namun, gempuran-tempuran itu telah mengobarkan sentimen anti-Amerika di negara muslim konservatif itu.

AS meningkatkan serangan rudal oleh pesawat tak berawak ke Waziristan Utara setelah seorang pembom bunuh diri Yordania menyerang sebuah pangkalan AS di seberang perbatasan di provinsi Khost, Afghanistan, pada akhir Desember, yang menewaskan tujuh pegawai CIA.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober 2009, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.

Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.

Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.
(M014/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011