Mamuju (ANTARA News) - Sejumlah warga yang bermukim di wilayah kepulauan sekitar 30 mil laut dari daratan Kota Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat mencemaskan ancaman abrasi terhadap pemukiman mereka.
Rajuddin salah seorang warga di Mamuju, Jumat mengatakan, warga di wilayah Kepulauan Desa Balak-balakang Kecamatan Simboro Kepulauan Kabupaten Mamuju, yang memiliki sekitar 13 gugusan pulau, sangat mencemaskan abrasi pantai karena terus masuk ke daratan.
Ia mengatakan, abrasi yang dalam bulan Januari 2011 telah menghancurkan sekitar 10 pemukiman penduduk yang berada di pesisir pantai Pulau Ambo, yang merupakan salah satu gugusan pulau di wilayah kepulauan Desa Balak-balakang terus masuk ke daratan hingga abrasi pantai telah mencapai 10 meter.
Menurut dia, abrasi bukan hanya terjadi di Pulau Ambo tetapi di sejumlah pulau lainnya yakni di Pulau Salissingan, dan pulau lainnya juga mengalami abrasi di Desa Balak-balakng rata rata abrasi di wilayah kepulauan itu antara empat sampai lima meter ke daratan.
"Di Pulau Ambo sendiri yang menjadi tempat pemukiman kami cukup parah, karena abrasi menggulung pasir pantai hingga daratan sehingga tampak timbunan di daratan dihantam gelombang pasang," katanya.
Aisyah salah seorang warga lainnya mengatakan, abrasi itu juga membuat sejumlah pemukiman penduduk menjadi terancam, karena air laut sudah berada di bawah tangga pemukiman penduduk di pulau yang dihuni ratusan jiwa itu.
"Air laut sudah berada di bawah tangga sebagian pemukiman warga, rumah mereka akhirnya rawan dihantam gelombang pasang yang sering terjadi pada saat cuaca ekstrem, sehingga warga meninggalkan pemukimannya itu dan mengunsi ke tempat aman," katanya.
Menurut dia, apabila kondisi itu tidak segera diperhatikan pemerintah di Kabupaten Mamuju maka masyarakat akan semakin menderita dan dapat tergusur dari pulau itu.
"Pemerintah di Mamuju hanya menjanjikan akan membangunkan warga turap penahan ombak di Pulau Ambo ini namun tidak pernah ditepati, bahkan disaat kondisi abrasi semakin memburuk pemerintah belum juga memberikan perhatian," katanya. (MFH/A035/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011