Karena material panas bertemu dengan air dingin maka bisa menimbulkan letusan yang disebut 'secondary explotion'
Sleman (ANTARA News) - Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta Sri Sumarti menyatakan potensi letusan skunder atau "secondary explotion" di tumpukan material vulkanik Merapi masih tinggi.
"Saat ini potensi letusan sekunder di beberapa titik tumpukan material vulkanik memang masih tinggi, tetapi karena sudah sering terguyur hujan, gas yang ada di endapan material sudah jauh berkurang," kata Sri Sumarti.
Menurut dia, letusan sekunder itu terjadi akibat senyawa material vulkanik yang mengandung gas dengan air hujan.
"Karena material panas bertemu dengan air dingin maka bisa menimbulkan letusan yang disebut secondary explotion," jelasnya.
Ia mengatakan, asap yang masih sering muncul di tumpukan material vulkanik merupakan pelepasan senyawa dari dingin ke panas sehingga menimbulkan uap.
"Saat ini di sepanjang aliran Sungai Gendol yang merupakan daerah aliran lahar Merapi masih sering muncul asap. Ini merupakan pelepasan senyawa dari dingin ke panas," terangnya.
Camat Cangkringan Samsul Bakri mengatakan, sampai saat ini bau menyengat belerang dari material vulkanik Gunung Merapi di aliran Sungai Gendol masih tercium jelas hingga 15 kilometer dari puncak Merapi.
"Saat turun hujan, selalu muncul ledakan dan asap dari tumpukan material vulkanik di Sungai Gendol, bahkan beberapa waktu lalu ada letusan besar yang mengakibatkan dua tanggul jebol," katanya.
Ia mengungkapkan, tumpukan-tumpukan material mengandung gas vulkanik jika bersenyawa dengan air bisa menimbulkan letusan sekunder, termasuk
Bahkan di lokasi wisata erupsi Merapi di Dusun Kaliadem, Desa Kepuharjo, Cangkringan, asap keluar setiap usai hujan mengguyur material vulkanik di ratusan titik di daerah itu.
"Jika tidak hati-hati wisatawan bisa terperosok ke dalam material yang di dalamnya masih panas," katanya mengingatkan.(*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011