Jika kita tidak bergerak pada 2003 lalu, kita hanya akan menjadi sebuah perhimpunan dari negara-negara Asia Tenggara yang akan tertinggal
Jakarta (ANTARA News) - Sejak Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan, Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyatukan kesepuluh negara anggota forum regional tersebut.

Membawa motto "Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas", ASEAN dibentuk pada 8 Agustus 1967 oleh para menteri luar negeri Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand yang kemudian diperluas ke lima negara lain, yaitu Brunei, Myanmar, Kamboja, Laos dan Vietnam.

ASEAN didirikan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, pengembangan budaya, perlindungan perdamaian dan stabilitas, serta memberikan kesempatan negara-negara anggota untuk membahas perbedaan diantara mereka secara damai.

Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) kesembilan Oktober 2003, ASEAN mengumumkan niatnya menciptakan Komunitas ASEAN berdasarkan tiga pilar utama yang selalu dijunjungnya, yaitu keamanan, ekonomi dan sosial-budaya masyarakat.

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menyebutkan, pada 2003 Indonesia adalah pihak pertama yang meggulirkan konsep Komunitas ASEAN tersebut.

Awalnya, konsep Komunitas ASEAN ditargetkan terwujud pada 2020, namun seiring dengan perjalanan waktum tenggat waktu itu akhirnya dimajukan menjadi 2015 atau hanya empat tahun lagi sebelum terbentuknya komunitas yang berpusat pada rakyat.

Berbekal masa kepemimpinan pada 2011, Indonesia berharap dapat menciptakan kerjasama ASEAN ke tingkat lebih tinggi lagi dengan menjunjung tinggi tema forum, "Komunitas ASEAN dalam Komunitas Global."

"Sejak awal Indonesia selalu menjadi negara yang menunjukkan kepemimpinannya, bukan hanya keketuaan karena itu merupakan dua kata yang berbeda," kata Marty dalam Pertemuan ASEAN Ministerial (AMM) Retreat di Lombok Nusa Tenggara Barat Tenggara pada 15-17 Januari 2011.

Fokus utama Indonesia adalah menciptakan kemajuan progresif guna mencapai Masyarakat ASEAN pada 2015 dengan sisa empat tahun lagi, memastikan ASEAN dan wilayahnya menyetir KTT Asia Pasifik, dan menciptakan keseimbangan dinamis sesuai dengan tema terbaru.

Berbasis masyarakat

Dengan sisa waktu empat tahun lagi, Komunitas ASEAN tidak dijadwalkan terbentuk pada 2011, namun setidaknya kepemimpinan Indonesia bisa menyumbangkan kemajuan yang signifikan.

Visi ASEAN pasca 2015 yang diharapkan komunitas tersebut adalah bahwa ASEAN dapat menampilkan tindakan kohesif dalam menangani dan menghadapi isu-isu dunia.

"Saya rasa ini merupakan langkah yang lazim terencana dan diatur sebagaimana keketuaan Indonesia pada 2003 di mana kita mengusulkan pembentukan sebuah Komunitas ASEAN," kata Marty.

Berdasarkan tiga pilar ASEAN yang terdiri dari ekonomi, sosial-budaya dan politik-keamanan, telah terbentuk cetak biru kerjasama untuk menciptakan integritas, tegas Marty.

"Di sektor ekonomi, ASEAN bertujuan untuk menciptakan kawasan perdagangan terpadu yang juga ditunjukkan oleh dua sektor lainnya," kata Marty.

Tetapi pada akhirnya, masyarakat ASEAN menginginkan kebersamaan, cinta dan kepemilikan pada organisasi regionalnya itu yang tidak dapat diubah oleh hukum, keputusan atau peraturan itu harus tumbuh dengan sendirinya dalam komunitas.

"Oleh karena itu, ASEAN menawarkan komunitas yang berpusat kepada masyarakatnya untuk menciptakan rasa kebersamaan, dan terutama kita harus memastikan langkah-langkah ini dapat memberikan manfaat nyata kepada masyarakat," kata Marty.

Jika dengan kepemimpinan Indonesia pada 2011 tercapai kemajuan yang signifikan untuk Komunitas ASEAN, maka Indonesia akan dapat meningkatkan usahanya pada 2020 tatkala keketuaan kembali di tangan Indonesia.

"Kami telah menciptakan landasan untuk tahun 2015, yaitu Komunitas ASEAN, dan fondasi lainnya adalah Komunitas ASEAN di komunitas global yang telah kita tempatkan dari sekarang," jelas Marty.

Menurutnya, semua anggota ASEAN seharusnya tidak hanya melihat dunia seperti sekarang, tetapi juga melihat lebih jauh pada 2020 dan seterusnya, agar siap bersaing dengan organisasi-organisasi regional lain seperti Uni Eropa dan Uni Afrika.

"Jika kita tidak bergerak pada 2003 lalu, kita hanya akan menjadi sebuah perhimpunan dari negara-negara Asia Tenggara yang akan tertinggal," katanya.

Karena aktor utama di masa mendatang tidak lagi didominasi negara, kita akan membutuhkan sebuah organisasi regional yang tak hanya berbicara demi kepentingan anggotanya, tapi juga sebagai salah satu identitas, yaitu ASEAN.

Oleh karena itu, masa keketuaan Indonesia tahun ini mesti digunakan semaksimal mungkin dalam upaya menciptakan satu komunitas kohesif yang sesuai dengan motto "Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas ". (*)

Oleh Ageng Wibowo Leksono
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011