Jakarta (ANTARA) - Pemerintah dinilai perlu memberikan insentif hingga melakukan kampanye bangga menggunakan batik guna mendorong industri batik nasional.

"Pemerintah harus memastikan industri batik domestik, mulai dari harga bahan bakunya, kompetitif," kata Peneliti INDEF Rusli Abdullah yang dihubungi dari Jakarta, Jumat.

Menurut dia, hal itu perlu dilakukan untuk bisa mendorong daya saing industri batik nasional sekaligus untuk mencegah serbuan batik impor asal China.

Di saat yang bersamaan, selain memberikan insentif di sisi hulu, pemerintah perlu terus menggalakkan kampanye bangga menggunakan batik atau produk batik lokal.

Baca juga: Kemenperin: Industri batik mendapat prioritas pengembangan pemerintah

"Jadi selain kebijakan fiskal dan barrier to entry dan lain sebagainya, harus ada kampanye yang menyentuh value batik yang sudah mengakar di masyarakat kita. Kombinasi keduanya itu harus saling melengkapi," imbuhnya.

Rusli menuturkan, meski tak ada data pasti soal kontribusi batik bagi sektor ekonomi kreatif, batik telah memberi inspirasi ke industri kreatif. Misalnya, motif batik sudah banyak jadi inspirasi untuk digunakan di berbagai macam produk mulai dari bangunan hingga badan pesawat.

Sayangnya, menurut dia, dampaknya ke industri batik, khususnya ke perajin batik memang belum optimal.

"Tapi setidaknya nilai-nilainya sudah menginspirasi. Tapi bagaimana mengutilisasi produk batik itu sendiri, memang masih belum optimal," katanya.

Baca juga: Mendorong batik jadi identitas industri fesyen Indonesia

Rusli pun menilai, kampanye batik yang paling besar dampaknya adalah kewajiban PNS untuk mengenakan batik setiap hari Jumat.

Meski diakuinya, kini pembelian batik tak setinggi saat kampanye itu baru digalakkan, namun hal itu telah cukup efektif meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap batik.

"Nilai-nilai batik sudah menginspirasi dan ini secara tidak langsung membuat kita cinta produk dalam negeri dan nilai budaya lainnya," katanya.

Rusli berharap batik bisa menjadi satu langkah awal untuk memperkenalkan Indonesia di mata global. Sama halnya dengan Korean Wave, kebudayaan Indonesia juga diharapkan bisa dikenal dunia melalui batik.

Setidaknya ada beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain diplomasi batik oleh para diaspora Indonesia, promosi motif batik melalui kemasan produk ekspor hingga memberi sentuhan batik dalam keseharian masyarakat global, seperti baju atau aksesoris musim panas mereka.

"Korea saja bisa memasukan makanan mereka ke kita. Kenapa tidak batik yang nilainya universal. Karena kain, batik jadi bisa ditempel di mana saja," pungkas Rusli.

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021