Seoul (ANTARA News) - Satu perusahaan China telah menandatangani surat penawaran untuk investasi senilai dua miliar dolar di kawasan industri Korea Utara, menurut laporan Wall Street Journal Kamis, meski Washington mengajukan kepada Beijing untuk melakukan lebih banyak tekanan terhadap negara sekutunya itu.
Surat penawaran itu melibatkan China Shangdi Guanqun Investment Co dan Kelompok Pengembangan dan Investasi Korea Utara, menurut surat kabar itu.
Amerika Serikat telah mendesak China agar berbuat lebih banyak untuk membawa Korea Utara menahan diri setelah pihaknya memicu bahaya dengan melakukan pemboman sebuah pulau Korea Selatan pada 2009 dan mengungkapkan kemajuan dalam pengayaan uranium, yang berpotensi memberikan celah baru untuk membuat senjata nuklir.
Washington telah mendesak Beijing untuk memberlakukan sanksi terhadap Pyongyang, yang dikenakan terhadap negara tertutup itu setelah melakukan uji coba nuklir dan rudalnya di masa lalu.
Namun, China telah berusaha menopang hubungannya dan meningkatkan bantuan kepada tetangganya itu, dan memandangnya sebagai penyangga strategis terhadap Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.
Kesepakatan itu dilaporkan terjadi pada saat Presiden China Hu Jintao berkunjung ke Washington dalam upaya meningkatkan hubungan keamanan dan ekonomi yang lebih erat dengan Amerika Serikat.
Journal melaporkan bahwa para pejabat AS mengatakan pemerintah menyadari kemungkinan investasi China itu, namun mencatat bahwa proyek-proyek sebelumnya tidak beranjak ke mana saja.
Surat kabar itu mengutip asisten pada direktur Shangdi Guanqun, yang menyebutkan dirinya hanya dengan nama keluarga, Han, mengatakan rencana investasi perusahaannya tersebut difokuskan pada zona ekonomi khusus Rason, yang terletak di perbatasan Korea Utara dengan Rusia.
Han mengatakan, rencana itu adalah untuk mengembangkan infrastruktur, termasuk dermaga, pembangkit listrik dan jalan selama dua hingga tiga tahun mendatang, kemudian diikuti dengan proyek-proyek berbagai industri, termasuk kilang minyak, selama lima sampai 10 tahun, menurut laporan Journal.
Ia mengatakan, perusahaan itu sedang menunggu tanggapan dari pemerintah Korea Utara sebelum mengajukan permohonan persetujuan dari Departemen Perdagangan China.
Perjanjian tersebut ditandatangani dengan gembar-gembor sedikit di Pyongyang pada 20 Desember lalu, menurut laporan surat kabar itu.
(AK/B010)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011