Baquba, Irak (ANTARA News) - Seorang pembom bunuh diri menabrakkan ambulan yang membawa bahan peledak ke satu markas besar keamanan, Rabu, menewaskan 13 orang dalam serangan besar kedua terhadap pasukan Irak pada beberapa hari belakangan ini.
Serangan bunuh diri kedua di satu kota terdekat menewaskan dua orang lainnya dan mencederai seorang pejabat penting provinsi, yang merusak situasi yang relatif tenang d Irak setelah terbentuknya pemerintah baru pimpinan Perdana Menteri Nuri al Maliki bulan lalu.
"Kami sejauh ini menerima 13 mayat, dan mengobati 64 orang yang cedera," kata Firaz al Dulaimi, seorang dokter di rumah sakit Baquba, mengacu pada serangan pertama Rabu pagi di ibu kota provinsi Diyala itu.
Serangan bom pukul 10:00 waktu setempat (14:00 WIB) di tengah Baquba, kota yang dihuni berbagai etnik utara Baghdad, ditujukan ke satu kantor Badan Perlindungan Pasukan (FPS), badan yang bertanggung jawab mengamankan gedung-gedung pemerintah.
Ledakan itu juga merusak gedung-gedung terdekat, termasuk rumah sakit wanita dan anak-anak Al Batool, kata seorang wartawan AFP.
Tiga anak dan guru mereka cedera di sebuah sekolah taman kanak-kanak, kata seorang pejabat di Komando Operasi Diyala.
Para pejabat lokal memberlakukan larangan kendaraan di Baquba, tidak mengizinkan mobil-mobil masuk atau ke luar, dan pasukan keamanan menutup lokasi ledakan itu.
Pejabat komando operasi itu, yang tidak bersedia namanya disebutkan, mengatakan kantor FPS menerima telepon dari seorang yang mengaku bekerja di departemen kesehatan provinsi itu, mengingatkan mereka bahwa satu ambulan akan datang, membantu penyerangan mendekati sasarannya.
Sekitar 90 menit kemudian di kota terdekat Ghalbiyah, seorang pembom bunuh diri meledakan bom di mobilnya di tengah sekelompok peziarah Syiah menewaskan dua orang dan mencederai 16 lainnya, kata seorang pejabat di komando keamanan provinsi itu.
Di antara yang cedera adalah wakil gubernur Diyala Sadiq al Husseini dan tiga pengawalnya, dan dua karyawan media jaringan televisi lokal Diyala TV.
Husseini sedang mengunjungi para jemaah ketika mereka berkumpul menjelang peringatan bagi "Arbain", 40 hari sejak ulang tahun wafatnya Imam Hussein yang dihormati kaum Syiah pada abad ketujuh.
Serangan itu juga menimbulkan kebakaran di sebuah stasiun pengisi bahan bakar minyak.
Diyala adalah satu pangkalan Al Qaida sampai tahun 2008. Ketika aksi kekerasan menurun tajam baik di Diyala maupun di seluruh negara itu kemudian, provinsi itu tetap merupakan salah satu dari provinsi-provinsi Irak yang kurang aman.
Serangan-serangan itu terjadi sehari setelah seorang pembon bunuh diri meledakkan bom di rompinya di tengah satu kelompok calon polisi di kota Tikrit, Irak tengah menewaskan 50 orang dan mencederai 150 orang.
Itu adalah serangan paling banyak menimbulkan korban jiwa melanda Irak dalam lebih dari dua bulan, dan serangan besar pertama sejak Maliki membentuk kabinet baru 2 Desember mengakhiri kebuntuan sembilan bulan setelah pemilu Maret.
Kepala kepolisian Tikrit Kolonel Ibrahim al Juburi dan kepala regu tanggap darurat kota itu Brigjen Mohammed Majeed dipecat setelah ledakan itu.
Maliki mengecam serangan di Tikrit dengan mengatakan "teroris-teroris" kembali mentargetkan orang-orang yang tidak bersalah.
Aksi kekerasan di Irak menurun tajam sejak mencapai puncaknya tahun 2005 dan 2007, tetapi serangan tetap saja terjadi.
(SYS/H-RN/H-AK)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011