Denpasar (ANTARA News) - Kompetisi gamelan gong kebyar (mebarung) yang awalnya muncul di Kabupaten Buleleng, Bali utara sekitar 1930, kemudian merebak ke seluruh Bali berkat adanya Pesta Kesenian Bali (PKB) yang digagas budayawan setempat Prof Dr Ida Bagus Mantra yang meninggal tahun 1978.
"Penampilan duel gamelan dan tari yang cukup populer di Bali itu kini merambah Pulau Jawa, khususnya ISI Surakarta" kata Kadek Suartaya, SS Kar, MSi, dosen program studi Seni Karawitan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, masyarakat pencinta seni di Jawa Tengah cukup antusias dan terpesona menyaksikan sajian "mebarung" gamelan Bali yang digelar di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta beberapa waktu lalu.
Empat grup gamelan yang terdiri atas tiga dari tanah Jawa dan satu dari Bali, tampil adu tangguh. dan penonton tampaknya menikmati dengan begitu antusias, seperti halnya suasana pentas kompetisi gong kebyar memeriahkan PKB di Pulau Dewata.
Tim gamelan ISI Surakarta berhadapan dengan ISI Yogyakarta, masing-masing menampilkan sajian konser gamelan dan tari yang mirip dengan festival atau parade Gong Kebyar di arena PKB.
Suartaya yang secara khusus menyempatkan diri untuk menyaksikan kompetisi gamelan gong kebyar di luar Bali itu menambahkan, ada penampilan dua konser tabuh dan suguhan nomor tari atau sendratari.
Demikian pula "mebarung" pada malam berikutnya menampilkan tim ISI Denpasar dan grup gamelan Puspa Giri Semarang menyuguhkan materi seni karawitan dan tari yang menjadi kewajiban panitia. "Penampilan tiga grup gamelan Bali dari Jawa tidak kalah tangguh dengan sajian para mahasiswa ISI Denpasar," ujar Suartaya, kandidat doktor (S-3) pada Program Kajian Budaya Universitas Udayana.
Ia menilai, tradisi kompetisi gamelan di Bali dan gebrakan "mebarung" gamelan Bali di Jawa tidak bisa dilepaskan dari pesatnya perkembangan Gong Kebyar. Ansambel gamelan yang lahir di Bali Utara pada tahun 1915 ini, kini, hampir dimiliki oleh setiap banjar atau desa di Bali.
Bahkan dalam beberapa tahun belakangan, tidak sedikit perorangan, sanggar seni, kantor-kantor pemerintah dan swasta memiliki perangkat gamelan yang biasanya dimainkan oleh sekitar 30-40 seniman tabuh.
Sedang di Jawa, sekolah-sekolah atau institut-institut seni dan sanggar-sanggar tari juga mengkoleksi dan mempelajari salah satu gamelan yang cukup populer tersebut.
Gamelan gong kebyar telah menyebar ke pelosok Nusantara yang diprakarsai para transmigran asal Bali. Ritual agama Hindu di pura-pura di daerah transimigrasi di Sulawasi, Kalimantan, Sumatera misalnya telah lazim disertai dengan gemerincing permainan gamelan gong kebyar.
Sedangkan di tengah kehidupan masyarakat Bali, gong kebyar berfungsi fleksibel menyertai berbagai kepentingan pentas seni, baik presentasi estetika murni maupun persembahan dalam konteks ritual keagamaan.
Gamelan tersebut sangat umum dikenal, baik oleh msyarakat Bali sendiri maupun oleh para peminat musik luar Bali. Gamelan tersebut kini malahan sudah menyebar ke luar negeri. Di Amerika Serikat misalnya ada grup gamelan Gong Kebyar Sekar Jaya dan di Jepang ada grup Sekar Jepun yang sangat aktif menggelar pementasan.
Gaya permainan musik kebyar yang cepat, energik, atraktif, ramai dengan variasi jeda-jeda yang diungkapkan dengan penuh daya pikat, bergairah, dianggap mewakili dan menjadi ciri khas musik Bali secara keseluruhan.
Menurut Suartaya, fenomena semakin banyaknya penyebaran gong kebyar di Nusantara bahkan ke seantero jagat memunculkan sebuah wacana yang didiskusikan dalam sebuah seminar di ISI Surakarta, menjelang pentas "mebarung gong kebyar."
Tiga pakar seni dan budaya tampil sebagai pembicara masing-masing Prof Dr Rahayu Supanggah, SKar, Prof Dr I Wayan Rai, S.MA, dan Prof Dr Ida Bagus Yudha Triguna membahas topik "Musik Bali Mendunia".(*)
(T.I006/M019/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011