pendidikan karakter harus dimulai sejak PAUD, pada masa itu nilai-nilai yang diajarkan cara bersosialisasi, berkomunikasi, interaksi, dan kemampuan menjadi anak mandiri dalam segala hal.
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental Pemajuan Budaya dan Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Didik Suhardi mengatakan pendidik seperti guru dan tenaga kependidikan yang berkarakter mampu menularkan semangat revolusi mental.
"Dalam dunia pendidikan, proses transfer knowledge ialah dari pendidik. Kalau pendidiknya tidak berkarakter, tidak punya hal-hal atau nilai-nilai yang mencerminkan perubahan revolusi mental tentu itu tidak bisa ditularkan kepada peserta didik," kata Didik dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Didik mengatakan, penanaman nilai-nilai revolusi mental mesti dilakukan dua jalur yaitu pendidikan dan non-pendidikan. Menurut dia, nilai-nilai revolusi mental yang harus dimiliki para pendidik yaitu integritas, etos kerja, dan gotong-royong. Nilai-nilai itulah yang diharapkan dapat ditularkan kepada peserta didik sehingga membentuk karakter kuat generasi bangsa Indonesia.
Didik menuturkan bahwa pendidikan karakter harus dimulai sejak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pada masa itu, nilai-nilai yang diajarkan adalah cara bersosialisasi, berkomunikasi, interaksi, dan kemampuan menjadi anak mandiri dalam segala hal.
"Di SD juga demikian. Muatan karakternya masih sangat besar antara 60 hingga 70 persen, SMP 40 hingga 50 persen, lalu SMA 20 hingga 30 persen. Setelah di pendidikan tinggi maka sifatnya harus sudah implementasi dari karakter-karakter yang sudah diajarkan sejak PAUD hingga pendidikan menengah," ujar dia.
Didik menjelaskan saat ini pemerintah fokus pada pembangunan sumber daya manusia. Revolusi mental berperan untuk mengubah cara pikir, cara kerja, dan cara hidup menuju masyarakat Indonesia yang berdikari, berdaulat, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
"Bagaimana pun, pendidikan terutama guru atau para pendidik menjadi ujung tombak keberhasilan pencapaian revolusi mental," ucap dia.
Baca juga: Kemenko PMK sebut enam hambatan revolusi mental di Indonesia
Baca juga: Puspeka Kemendikbud apresiasi orang tua-pendidik cerdas berkarakter
Disebutkan bahwa untuk menambah pengetahuan dalam rangka memperkuat karakter para pendidik dan tenaga kependidikan, pihaknya dan PGRI menggelar workshop Sekolah Pelopor Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Workshop tersebut diikuti oleh hampir 500 peserta guru pelopor gelombang kedua dari wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, yang terdiri dari guru PAUD, SD, SMP, SMA, perwakilan madrasah, dan perwakilan dari Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan (YPLP) PGRI.
Didik berharap, melalui materi revolusi mental yang didapatkan saat kegiatan itu dapat diimplementasikan dan ditularkan kepada guru-guru lain bahkan kepada peserta didik.
"Alangkah luar biasanya kalau revolusi mental ini dalam waktu dekat bisa menggema ke seluruh Tanah Air. Kegiatan workshop seperti ini sebagai bagian kegiatan GNRM di kalangan pendidik dan tenaga kependidikan yang salah satu tujuannya adalah untuk melatih para guru," kata Didik.
Ketua Umum PB PGRI Unifah mengatakan peran guru sangat strategis dalam mengawal perubahan revolusi mental.
Namun dalam implementasinya, para guru masih menghadapi berbagai tantangan terutama saat menanamkan nilai-nilai karakter peserta didik saat pandemi COVID-19.
"Tantangan lain yang juga sebenarnya sudah berlangsung lama yaitu fokus yang terbagi antara peserta didik dengan kewajiban administratif guru yang harus dipenuhi. Hal-hal birokratif seperti ini faktanya memang masih menjadi kendala bagi kita (guru)," ucap Unifah.
Meskipun demikian, dia menjelaskan penanaman nilai-nilai pendidikan yang berkarakter masih dapat diselipkan dalam setiap metode pengajaran apapun.
“Inovasi dari para pendidik juga dibutuhkan sehingga harapan terimplementasinya nilai-nilai revolusi mental pada peserta didik dapat terpenuhi,” kata Unifah.
Baca juga: NU-Muhammadiyah apresiasi gerakan nasional revolusi mental
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021