Gorontalo (ANTARA) - Di sebuah Gelanggang Olahraga di Kota Gorontalo, Izrak Udjulu (19), menapakkan kaki-kakinya dengan cepat pada lintasan lari. Ia mengenakan kaus merah dengan tulisan INDONESIA di bagian punggung, yang dipadu dengan celana hitam dan sepatu biru tua.
Gerimis yang turun sejak tiga jam terakhir, tidak membuatnya menyudahi latihan. Ia bahkan tidak menyadari hujan turun makin deras sore itu.
Pelatihnya Zailani Ahmad sedang memantau latihannya saat itu, bersama seorang Asisten Pelatih Abdurahman Mahmud.
Izrak tampak tidak terganggu, meskipun sejumlah orang sedang latihan di lintasan yang sama. Kecepatan gerak dan koordinasi antara lengan dengan kakinya saat berlari, cukup untuk menunjukkan bahwa dia bukan pelari biasa.
Dalam dua bulan terakhir, ia memang sedang menjalani karantina. Alumni SMA Negeri I Kota Gorontalo itu memusatkan latihannya untuk menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua.
Ia akan mewakili Gorontalo dalam cabang olahraga atletik untuk lari jarak 100 meter dan 200 meter. Sedangkan rekannya, Muhammad Hadrin Mahdang akan berkompetisi pada nomor lari jarak 1.500 meter.
Secara umum, Provinsi Gorontalo akan mengutus 16 atlet untuk sembilan cabang olahraga yakni atletik, sepak takraw, billiar, renang, karate, tinju, taekwondo, bermotor dan muay thai.
Izrak bersama atlet lainnya, menjadi semangat baru bagi masyarakat Gorontalo untuk mengukir prestasi olahraga di tingkat nasional.
Baca juga: Gorontalo utus atlet sembilan cabang olahraga PON XX
Cinta Atletik
Jika banyak atlet yang terjun ke dunia olahraga karena termotivasi oleh orang tuanya yang juga atlet, maka Izrak berbeda. Putra dari Jeni Udjulu dan Asna Kanabu ini mulai jatuh cinta pada olahraga sejak duduk di bangku sekolah dasar.
Bapaknya yang bekerja sebagai buruh harian dan ibunya mengurus rumah tangga, justru mendorongnya dekat dengan dunia olahraga.
Bahkan ia mengungkapkan tak sekalipun orang tuanya menemaninya saat latihan atau mengikuti lomba. Keduanya memilih untuk menonton perlombaan yang diikuti Izrak dari siaran televisi.
“Mereka tidak tega melihat saya latihan dengan keras. Katanya takut melihat saya jatuh atau cedera,” ucapnya dengan penuh tawa.
Meski demikian, ia ingin mendedikasikan segala usaha dan prestasi yang telah dicapai kepada kedua orang tuanya.
“Bapak dan ibu yang membuat saya selalu termotivasi untuk menang di setiap lomba,” imbuhnya.
Baca juga: Perenang Reshandy Bau jadi andalan Gorontalo di PON Papua
Olahraga yang pertama kali ditekuninya adalah tenis lapangan. Ia sudah menjadi atlet tenis sejak kelas 5 SD, hingga akhirnya ia diminta gurunya untuk mengikuti lomba atletik pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) di Kalimantan.
Pada debut itu, Izrak berhasil meraih medali perak dan mengharumkan nama Gorontalo di kancah nasional.
Sejak saat itu, ia terus menggeluti atletik dan menorehkan prestasi hampir setiap tahun.
Beberapa prestasi atletiknya di dalam negeri diantaranya juara dua dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) PPLP tahun 2017 di Papua, juara 3 Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) Jawa Tengah tahun 2017, juara satu pada Popnas Jakarta tahun 2019, serta juara dua Kerjunas GBK DKI tahun 2019.
Sedangkan capaian prestasinya di tingkat asia misalnya juara dua lari estafet pada Asian School Singapore tahun 2017, juara dua lari estafet pada MalaysIa School 2018, dan juara satu pada Asian School Games di Semarang Tahun 2019.
Tak tanggung-tanggung ia juga turut mengharumkan nama Indonesia, dengan membawa pulang medali emas dalam perhelatan SEA Youth Athletics Championship 2018 di Bangkok, Thailand
Dalam kategori lari 100 meter putra, Izrak menjadi yang terdepan dengan menyisihkan tujuh pelari negara lain seperti Malaysia, Vietnam, Philipina, dan tuan rumah Thaliland.
Si Anak Ajaib
Gara-gara prestasinya yang mencengangkan, Izrak pernah dijuluki Si Anak Ajaib oleh Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI).
Pelatihnya, Zailani Ahmad membenarkan bahwa Izrak bukan atlet biasa karena bakatnnya tumbuh dengan pesat.
“Dia remaja yang berkemauan keras. Latihan tidak pernah asal-asalan dan mau terus belajar,” ujar Zailani yang ditemui usai latihan sore itu.
Menurutnya hal tersebut dapat menjadi modal besar bagi Izrak, untuk berkembang sebagai atlet nasional.
Hingga latihan terakhir persiapan PON Papua, Zailani mengaku tidak kesulitan mengarahkan atletnya itu untuk teknik-teknik tertentu.
“Secara keseluruhan dia sudah sangat siap untuk PON. Kami melatihnya untuk meningkatkan atau mempertahankan kecepatan lari,” ungkapnya.
PASI Provinsi Gorontalo telah melepas keberangkatan Zailani dan timnya menuju Papua pada 28 September 2021.
Tim tersebut diperkirakan akan tiba di Timika pada 30 September 2021.
Baca juga: Silfana Mahmud dan olahraga muay thai pilihannya
Ketua PASI Provinsi Gorontalo Weni liputo, mengatakan lomba lari jarak pendek pada PON Papua dijadwalkan mulai 6 Oktober dan lari jarak menengah pada 11 Oktober 2021.
“Untuk kategori sprint, pesertanya cukup banyak karena nomor ini merupakan favorit di atletik. Tapi kami sangat optimis Izrak bisa menembus babak-babak awal,” kata Weni.
Yang paling penting, lanjutnya, adalah menjaga suasana hati atau “mood” Izrak mengingat panjangnya perlombaan tersebut.
Ia menilai sejauh ini kedua atlet atletik yang akan berlomba di PON Papua, sudah siap untuk berkompetisi.
“Kami tidak ingin membebani Izrak dengan medali emas. Tetapi kalau dilihat dari porsi latihan yang kami berikan dan perkembangan tekniknya, dia sangat kompetitif meraih medali emas,” ungkapnya.
Optimisme yang sama juga diberikan pada atlet Muhammad Hadri Madang, yang akan berjuang di nomor lari jarak menengah.
Meskipun tidak diberi beban yang berat, Izrak mengaku bersungguh-sungguh ingin membawa medali emas untuk Gorontalo.
Baca juga: Emilia Nova jadikan PON Papua sebagai momen "comeback" pasca-operasi
Baca juga: Berawal dari bola kaki, Fuad kini jadi atlet atletik andalan Aceh
Baca juga: Pembuktian Jeany Nuraini dalam debutnya di PON Papua
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2021