Saya melakukan la bise lagi tapi cuma kepada orang-orang yang saya sayangi
Paris (ANTARA) - Salam tradisional Prancis la bise atau saling mencium pipi perlahan-lahan dilakukan lagi ketika wabah virus corona mulai surut.
Saat pandemi mencapai puncaknya, la bise secara defacto dilarang di Prancis karena bisa menjadi ajang penularan virus.
Namun ketika lebih dari 70 persen populasi negara itu telah divaksin, masyarakat sudah terlihat melakukannya lagi.
La bise biasanya dilakukan dengan saling menempelkan pipi kiri dan kanan sambil mengecup atau mengeluarkan suara kecupan.
Baca juga: Petenis peserta Prancis Terbuka dilarang tanding usai berusaha cium reporter
Kebiasaan itu mirip dengan salam "cipika-cipiki" (cium pipi kanan, cium pipi kiri) di Indonesia.
"Kami lama menghentikan itu (la bise) untuk menghormati aturan jaga jarak, tapi itu ritual yang benar-benar saya suka," kata pegawai pemerintah Vincent Seznec dengan bir di tangan, setelah menyapa kawan-kawannya dengan la bise.
Karena sudah divaksin, dia mengaku tak memiliki alasan untuk tidak melakukannya lagi.
"Paling baik itu divaksin dan saling mencium daripada tidak divaksin dan tidak saling mencium," kata dia.
Penduduk Paris Anna dan Carmela, setelah berpelukan dan saling mencium pipi, mengaku sepakat dengan hal itu.
"Ini adalah simbol kasih sayang dan menerima orang lain," kata Anna. "Artinya kebersamaan."
Baca juga: Wilayah Martinique Prancis masuki penguncian baru atasi krisis COVID
Carmela sangat merindukan la bise, terutama saat puterinya yang berusia 32 tahun berhenti menciumnya karena takut menularkan virus corona.
"Ohhhhhhhhh, itu sangat menyedihkan," kata Carmela.
Bahkan Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang dulu menyarankan agar masyarakat tidak saling mencium atau berjabat tangan untuk menghindari penularan, kini kerap terlihat melakukan la bise.
Namun, beberapa penduduk Paris mengatakan banyak hal tidak akan pernah seperti dulu lagi.
Alasannya, orang sekarang lebih selektif dan lebih terbuka untuk mengatakan tak ingin mencium pipi seseorang.
"Saya melakukan la bise lagi tapi cuma kepada orang-orang yang saya sayangi, bukan kepada orang yang tidak saya kenal baik," kata Natalie Bitar.
Elisa Mayor, seorang mahasiswi, mengatakan bahwa la bise tidak populer di kalangan orang-orang seusianya, bahkan sebelum pandemi.
"Kami lebih suka mengatakan 'hai' dari jauh," kata dia.
Baca juga: Prancis diminta pertimbangkan untuk wajibkan vaksinasi COVID
Namun bagi Paul Taylor, komedian yang tinggal di Paris, tak ada keraguan bahwa tradisi itu sudah kembali dan akan tetap ada.
Taylor sempat tenar karena sketsanya tentang la bise yang disebutnya sebagai "hal yang paling menggangguku saat tinggal di sini".
"Tentu itu sudah kembali," kata dia. "Waktu aku menggelar pertunjukan, aku minta penonton menjawab dengan tepuk tangan 'siapa yang melakukan la bise sejak COVID', semua penonton pun bertepuk tangan."
Sumber: Reuters
Baca juga: Ketika peluk cium Macron diakhiri cercaan terhadap filosofi politik Trump
Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021