Karimun, Kepri (ANTARA News) - Sekretaris Fraksi PDIP DPRD Karimun, Jamaluddin, mengatakan sejak Selasa (11/1) ribuan masyarakat di tiga kecamatan Pulau Karimun Besar, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulaun Riau, resah akibat minyak tanah bersubsidi raib.
"Ada dugaan minyak tanah itu raib akibat dioplos dengan solar oleh kelompok tertentu yang tidak pernah tersentuh hukum, dugaan kedua sengaja dibawa ke luar Karimun," ucapnya di Karimun, Minggu.
Jamaluddin mengaku khawatir bila raibnya minyak tanah bersubsidi tersebut dalam waktu dekat tidak mendapatkan respon dari pihak terkait, ekonomi masyarakat kecil akan terganggu.
"Dikhawatirkan dampak dari raibnya minyak itu, sejumlah usaha kecil akan kolaps. Tidak tertutup kemungkinan ribuan masyarakat kecil akan turun ke jalan sebagai respon raibnya minyak tanah tersebut, dan atas ketidakpedulian institusi pengawas bahan bakar bersubsidi," ujarnya.
Dia mengharapkan pengawasan minyak bersubsidi tahun 2011 secara intensif dari Satuan Tugas Pengawas segera direalisasikan di Karimun. Begitu juga dengan aparat penegak hukum di Karimun, agar menindak tegas para pelaku penyelewengan minyak bersubsidi.
"Bila tidak aparat penegak hukum di Karimun bisa dituding telah turut terlibat dalam konspirasi menghilangkan minyak tanah bersubsidi," ucapnya.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian serius, distribusi empat pangkalan di Meral yang keberadaannya sangat dekat.
"Kemana puluhan ribu liter minyak bersubsidi itu mereka pasarkan," katanya.
Tentang raibnya minyak tanah bersubsidi dibenarkan oleh pengecer di wilayah Pelipit, RM Daud.
"Sudah raib sejak lima hari lalu, kalaupun ada harganya sudah tinggi, sekitar Rp125 ribu per 35 liter. Padahal harga eceran nyata (HEN) yang ditetapkan oleh Pemkab Karimun sebesar Rp3.325 liter," jelasnya.
Dia menuturkan sejak lima hari lalu, dirinya disibukkan untuk mencari sekaligus membeli minyak tanah di sejumlah pangkalan yang ada di Kecamatan Karimun dan Meral.
"Namun tetap sulit didapat, saya kasihan pada masyarakat kecil yang jadi pelanggan saya, rata-rata mereka berprofesi sebagai pedagang makanan kecil. Akibat raibnya minyak, upaya mereka untuk pemenuhan nafkah menjadi terganggu," tuturnya.
Lebih lanjut dia memaparkan sebenarnya untuk memberangus para "pemain minyak" itu mudah, bila ada itikad baik dari institusi terkait.
"Kegiatan yang dilakukan oleh para pemain minyak itu termasuk pemilik pangkalan, nyaris terang-terangan, masyarakat umum pun sudah tahu, karena itu saya berpendapat memang aksi dari masyarakat juga yang bisa menghentikan kegiatan ilegal tersebut," paparnya.
Masih menurut dia, modus yang sering dilakukan oleh sejumlah pemilik pangkalan adalah masuk stok minyak pagi, pada siang hari yang sama stok minyak sudah tidak ada.
"Apakah itu tidak dapat dijadikan bukti bahwa mereka turut terlibat dalam permainan itu, ditambah lagi di Meral ada empat pangkalan yang keberadaannya sangat dekat hanya berjarak puluhan meter saja. Kemana stok minyak subsidi yang didapatnya dijual itu perlu dipertanyakan," ujarnya. (HAM/J006/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011